Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Pemerhati literasi | peneliti bahasa | penulis buku bahasa Inggris

Menulis untuk berbagi ilmu | Pengajar TOEFL dan IELTS | Penulis materi belajar bahasa Inggris| Menguasai kurikulum Cambridge Interchange dan Cambridge Think | Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Belanda, Sekolah Rakyat, dan Rempah Aceh

15 Juni 2025   13:14 Diperbarui: 18 Juni 2025   18:18 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Banda Aceh (koetaradja 1944) koleksi universitas Leiden, Belanda

Belanda mengenal Aceh pertama kali di tahun 1599 saat kapal dagang milik De Houtman menjelahi Aceh untuk misi dagang. Saat itu Aceh berdiri tegak di bawah kesultanan. Aceh terkenal dengan hasil rempah. Eropa begitu terposana akan hasil rempah Aceh.

Belanda ingin menguasai jalur rempah dengan tujuan keuntungan besar. Setelah terlebih dahulu menguasai beberapa daerah, baru pada akhir abad ke 18 Belanda memaksa masuk ke Aceh dengan memakai kekuatan yang mereka miliki. 

Belanda tahu persis jika Aceh adalah sebuah kerajaan dengan pasukan perang yang sulit ditaklukkan. Oleh karenanya, Belanda masuk ke Aceh dengan sangat berhati-hati memakai sebuah taktik.

Dalam sebuah buku berjudul "SCHETSEN UIT DEN ATJEH-OORLOG", pasukan Belanda menggambarkan dengan jelas bagaimana mereka menghadapi pasukan Aceh. Buku ini ditulis pada tahun 1887 dan bisa diakses oleh publik lewat arsip digital universitas Leiden, Belanda. 

Saya juga mendapatkan sebuah peta kota Banda Aceh yang dulunya disebut Koetaradja. Disana tergambarkan dengan jelas beberapa bangunan yang sampai hari ini masih berdiri tegak. Peta itu digambar pada tahun 1944. 

Pada artikel ini, saya ingin membahas sebuah bangunan yang terletak pada peta, tertulis European school. Letaknya hanya puluhan meter dari pendopo gubernur saat ini. Peninggalan Belanda di kota Banda Aceh masih mudah dijumpai, baik berbentuk bangunan, komplek makam, atau lainnya.

Belanda masuk ke Banda Aceh di bawah kendali jenderal Johannes (Jan) van Swieten memukul mundur pasukan Aceh lewat jalur sungai Aceh. Beberapa kali mereka mencoba, pasukan Aceh tetap membalas tentara Belanda dengan sigap. 

Belanda membangun tempat berlindung sementara di sekitaran sungai kawasan Kampong Jawa dan Penayong. Mereka juga membangun jembatan sementara untuk memudahkan jalur komunikasi antar prajurit. 

Van Swieten bermaksud menguasai keraton Sultan Alidin-Mahmud-Shah. Ia mengirim surat meminta sultan untuk menyerah dengan damai tanpa perang. Beberapa perwakilan membawa surat ke keraton, namun nasib baik tidak berpihak pada mereka sehinggan ditawan.

Pihak Belanda jelas tidak senang. Mereka kembali mengatur strategi jalur sungai Aceh. Belanda ingin menguasai Aceh lewat jalur sungai yang terhubung ke pantai Ulee Lheu. Tentu ini jauh menguntungkan tentara Belanda karena mudah memasok senjata ketimbang jalur darat yang sulit ditembus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun