Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rahasia Jiwa Maretta

1 Juli 2022   10:07 Diperbarui: 22 Februari 2023   10:47 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Maretta.... Apakah ibu sedang mimpi? Kita ini ada dimana Nak?," bisiknya di telinga anaknya. Tubuhnya gemetar, rasa takut  luar biasa. "Lelaki aneh itu memanggilmu Kandita..... Namamu Maretta bukan?  Tolong  jelaskan, cara supaya kita bangun dari mimpi ini.."

"Bukan  ibu, ini bukan mimpi bu. Ibu sedang terbawa aku, perjalanan malam purnama. Ini lelaki yang pernah aku ceritakan kepada ibu. Aku dulu jatuh cinta pada bapak ini, tapi itu puluhan tahun silam.... Dulu waktu  umurnya  tidak jauh dari aku.  Makanya aku suka dia.... Waktu muda , dia ganteng bu,  tapi sekarang beda..... Sekarang dia sudah menua, punya anak pula....Lihat  ke sebelah sana bu , ada anak lelaki, lihat   ABG  itu....," Maretta menunjuk  remaja lelaki  di sudut yang lain ,  tengah  memandangi mereka.

Ibunda Maretta masih terpana dalam  kebingungan.  Remaja itu mendekati Maretta  lalu menghormati sambil membungkuk dan memberi salam. 

"Dewiku, kamu itu  cinta pertamaku," ABG lelaki itu berbisik.  Ibu Maretta terperangah .

"Astaga, apa-apaan ini. Ada lelaki  tua dan bocahnya yang masih umur 11 atau 12 tahun itu, mereka  naksir anak gadisku?!" semakin bingung dan menahan amarah, ibunda Maretta berkata dengan nada tinggi.

" Sabar buuuu. Kita ini  sedang ada di masa silam .... Sekarang aku mau kasih tunjuk sesuatu,"Maretta menenangkan ibunya.  Tangannya menarik  ibunya dengan lembut. 

Mereka tiba-tiba berkelebat , dan  berubah duduk di lain tempat. Ada pemuda lain menyambut mereka dengan senyuman.

"Ibu, ini bocah lelaki tadi, umurnya sekarang sudah  25.  Bapaknya sudah wafat," Maretta berbisik di telinga ibunya.

"Selamat malam  Dewiku , Kandita Dewi,........ ini malam bulan purnama yang indah. Malam ini kamu tidak sendiri, mengajak ibu lagi? Heran, umurmu tidak menua, tidak berubah, ibumu juga. Masih seperti belasan tahun lalu ya...... Selalu kangen menunggu malam-malam pertemuan dengan kamu....., selalu tidak sabar menantimu......" pemuda  aneh itu tampak manis dan ramah. 

"Ya ampun, apa-apaan ini?! Ini mimpi buruk..... Ya Tuhan, aku ingin segera bangun dari mimpi ini," tukas ibunya.

"Ssst, tenang Bu. Lihat  dan dengar , dia mengajakku bicara,"bisik Maretta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun