M. Aris Munandar
(Penulis Buku)
Perangaimu bak seorang pahlawan kesiangan
Merangkai asa, menjadi jembatan nusa dan bangsa mencari kebenaran
Walau ragamu terkadang tak sanggup menggapai impian
Kau hanyalah patung yang terkadang menyesal berada di tempat yang penuh janji kebusukan
Delapan tahun yang lalu kau telah menoreh kisah yang penuh kasih
Parasmu terkadang membuat sang wanita merasa penuh cinta dan kasih
Lawan-lawanmu kau buat tak berkutik hingga titik jenuh sedih
Tak sedikit yang merasa teraniaya dengan kebenaran yang kau sampaikan dengan bahasa penuh lirih
Kini kau telah beranjak lebih dewasa dalam mengukir legasi demi bangsa dan negara
Tekanan para biadab yang tak beradab hanya bayangan tak berdaya
Jembatan harapan pantas disematkan pada bahumu yang penuh upaya meski mendapat bahaya
Hingga titik darah penghabisan kau seakan tak akan pernah menyerah bersuara layaknya rembulan yang menyinari gulita
Sedikit demi sedikit kini nampak perubahan yang pasti dalam dirimu
Wajahmu tak bersinar lagi walau matahari senantiasa menerpakan sinarnya di pelipismu
Seakan ada yang menerormu dari kejauhan? Ataukah tempat kerjamu mulai mengganggumu?
Yang pasti suara merdumu itu kini seakan pudar dalam hitungan detik, menit
Dibalik semua keresahanmu itu, rakyat mengenalmu dengan nama yang sangat indah
Sebut saja namamu Febri Diansyah, aktivis ulung, pemberantas korupsi sejati, walau kini sayapmu patah
Kau patah bukan karena latah, tapi karena menjaga independensi dan wibawa
Cinta yang kau tanamkan dalam instansi yang telah kau tempati mengabdi seakan menjadi ancaman bagimu?
Rakyat merasa sedih, penuh lirih, tak kunjung pulih, seakan dunia telah punah
Rakyat mempercayai perangaimu, walau kini kau memilih meninggalkan tangkaimu
Rakyat tahu kau sedang tak bersandiwara seperti para kacung kekuasaan
Rakyat tahu kau sedang menjaga akal sehatmu secara utuh
Yakinkan hatimu tiada gelap yang abadi, dan tiada sedih yang menetap
Pilihanmu adalah jati dirimu yang sebenarnya, dan keputusanmu adalah wujudnya
Merelakan kenikmatan demi kemaslahatan adalah tujuanmu, dan kini kau menyendiri walau tak sendiri
Sudah cukup kau merasakan tekanan yang tak ujung usai, sistem yang buruk, oknum yang biadab
Merdekalah dengan dirimu sendiri, agar kebenaran tak pernah hilang
Febri Diansyah, sosok yang dramatis dan terkadang romantis
Menetaplah di hati rakyat
Niscaya kau akan terhormat hingga akhir hayat