Mohon tunggu...
M Aris Munandar
M Aris Munandar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Dosen

Ubi Societas Ibi Ius (Di mana ada masyarakat, di situ ada hukum)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Maju-Mundur Syantik (Sebuah Puisi untuk Febri Diansyah)

26 September 2020   19:52 Diperbarui: 26 September 2020   19:58 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

M. Aris Munandar

(Penulis Buku)

Perangaimu bak seorang pahlawan kesiangan

Merangkai asa, menjadi jembatan nusa dan bangsa mencari kebenaran

Walau ragamu terkadang tak sanggup menggapai impian

Kau hanyalah patung yang terkadang menyesal berada di tempat yang penuh janji kebusukan

Delapan tahun yang lalu kau telah menoreh kisah yang penuh kasih

Parasmu terkadang membuat sang wanita merasa penuh cinta dan kasih

Lawan-lawanmu kau buat tak berkutik hingga titik jenuh sedih

Tak sedikit yang merasa teraniaya dengan kebenaran yang kau sampaikan dengan bahasa penuh lirih

Kini kau telah beranjak lebih dewasa dalam mengukir legasi demi bangsa dan negara

Tekanan para biadab yang tak beradab hanya bayangan tak berdaya

Jembatan harapan pantas disematkan pada bahumu yang penuh upaya meski mendapat bahaya

Hingga titik darah penghabisan kau seakan tak akan pernah menyerah bersuara layaknya rembulan yang menyinari gulita

Sedikit demi sedikit kini nampak perubahan yang pasti dalam dirimu

Wajahmu tak bersinar lagi walau matahari senantiasa menerpakan sinarnya di pelipismu

Seakan ada yang menerormu dari kejauhan? Ataukah tempat kerjamu mulai mengganggumu?

Yang pasti suara merdumu itu kini seakan pudar dalam hitungan detik, menit

Dibalik semua keresahanmu itu, rakyat mengenalmu dengan nama yang sangat indah

Sebut saja namamu Febri Diansyah, aktivis ulung, pemberantas korupsi sejati, walau kini sayapmu patah

Kau patah bukan karena latah, tapi karena menjaga independensi dan wibawa

Cinta yang kau tanamkan dalam instansi yang telah kau tempati mengabdi seakan menjadi ancaman bagimu?

Rakyat merasa sedih, penuh lirih, tak kunjung pulih, seakan dunia telah punah

Rakyat mempercayai perangaimu, walau kini kau memilih meninggalkan tangkaimu

Rakyat tahu kau sedang tak bersandiwara seperti para kacung kekuasaan

Rakyat tahu kau sedang menjaga akal sehatmu secara utuh

Yakinkan hatimu tiada gelap yang abadi, dan tiada sedih yang menetap

Pilihanmu adalah jati dirimu yang sebenarnya, dan keputusanmu adalah wujudnya

Merelakan kenikmatan demi kemaslahatan adalah tujuanmu, dan kini kau menyendiri walau tak sendiri

Sudah cukup kau merasakan tekanan yang tak ujung usai, sistem yang buruk, oknum yang biadab

Merdekalah dengan dirimu sendiri, agar kebenaran tak pernah hilang

Febri Diansyah, sosok yang dramatis dan terkadang romantis

Menetaplah di hati rakyat

Niscaya kau akan terhormat hingga akhir hayat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun