Namanya juga perasaan, tiada yang tau kapan ia akan datang dan pergi.
Apa yang dirasa juga tiada yang tau, kecuali siempunya rasa.
Rasa-rasanya hati ini sudah cukup lelah menghadapi semua drama sepanjang hari.
Jikalau bisa ingin rasanya raga ini beristirahat sejenak, menjauh dari hiruk-pikuk jalanan ibu kota.
Menutup mata dan telinga dari kekerasan duniawi.
Mencari setitik ketenangan dari semua kekacauan dunia.
Kapan rasa cemas terus-menerus ini berubah menjadi damai.
Kapan hidup ini menemukan maknanya.
Kunanti dan kunanti, tapi tidak pernah terjadi.
Sampai kapan diri ini menunggu hingga hampa hilang berubah menjadi asa.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!