Wahai Rasul, kutemukan engkau hidup dalam jiwaku
tiadamu tak pernah tiada
sebab kau selalu lekat dalam dada
aku memang bukan Umar, sang sahabat yang tak merela kepergianmu
tetapi, seakan aku bagai Umar, tak terima tiadamu
Tuhan, ampunkan akuÂ
bukan tak rida terhadap garis takdir-Mu
rindu ini terlalu berat pada kekasih-Mu yang selalu kurindu
biarkan rasa ini berkecamuk di hati, bukankah Kau rida pada kecintaan ini?
Ya Rasulullah ...
sorot matamu menerawang cinta
begitu indah kau hadiahkan cinta untuk umatmu
tiada cinta seindah cintamu, hingga saat kau harus pergi
kau masih mengingat umatmu, bahkan kau rela menanti di pintu surga Firdaus
Menyebut namamu, wahai Rasul, nikmat yang tiada taraÂ
aku menikmatinya, meresapi makna namamu nan agung
seberat inikah aku menanggung rindu padamu?
Tak mengapa, aku sangat menyukainya
merindumu teramat indah
Mengenang riwayatmuÂ
ada tetes air mata menganak sungai, merembes di pipi
bukan karena kisah hidupmu terlampau banyak rintanganÂ
namun, terlalu manis makna hidup kau ajarkan pada kami
Wahai kekasih TuhanÂ
kau selalu ada bagiku
di mata, di telinga, di mulut, di tangan, di kaki, di kepala, di hatiku
kau senantiasa hadir di seluruhku
aku merindukanmu
rindu teramat berat