Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Maman dan Jamlekon

29 November 2019   12:00 Diperbarui: 29 November 2019   12:44 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Masya allah, Man. Kamu tuh ya, jam segini tampang kamu awur-awuran," kata Ibu.

"Emang aku dedek pakan ayam awur-awuran," sela Maman. Kemudian ia duduk di bangku. Kedua kakinya ikut naik, jadinya nagkring persis bangsa wanara di atas pohon.

"Man, Kamu itu sudah gede. Kamu harus merubah kelakuanmu menjadi lebih baik. Supaya ada anak gadis yang menyukai kamu,"kata Bsapak sambil menahan nyeri.

"Man, bagaimana pun kita sebagai orangtua, pengen melihat kamu segera menikah. Kita pengen punya cucu yang bisa kami timang-timang," kata Emak yang sudah sangat merindukan kehadiran tangis bayi seorang cucu yang kelak menjadi pewaris kebon jengkol dikemudian hari.

"Ya, Emak. Kalo pengen nimang-nimang kan ada Jamlekon. Sekolah aja belum lulus kok keburu di suruh nikah. Baru juga sweet seventin, " Maman celetuk berkata.

Tangannya sudah gak lagi garuk-garuk rambut kepala. Berpindah ke terowongan hidung, jari telunjuknya sibuk ngupil.

"Maksud Emak, harusnya kamu sudah punya pacar, kek, kaya si Sobri tu."

"Man, Bapak jadi ragu, kamu masih normal, kan?" tanya Bapak, kesannya menyepelekan kejantanan putranya itu.

"Eh si Bapak! Perlu bukti? Pejantat tulen nich! Buat apa disunat pake sembilu! Aqikah dua ekor kambing jantan!" Maman menegaskan jati dirinya..

"Kalo normal, kenapa semua anak gadis yang kita kenalkan semuannya gak kamu suka? Sudah dua puluh satu orang loh, Man. Setelah kami seleksi secara ketat dan mengadakan audisi ditujuh kelurahan yang diikuti sepuluh ribu gadis. Semuanya diatas standar para model ibu kota, setara Luna Maya yang jadi model iklan barengan sama monyet itu. Kita gak sembarangan memilih, sesuai standar tiga B. Bodi bohai, Bisa bebenah rumah, Bisa masak jengkol."

"Iya, tapi mereka itu gak ada yang cocok pas orentasi penjajakan. Aku juga ada standar tiga B plus satu B: Bisa manjat pohon jengkol, Bisa nyuapi pisang untuk Jamlekon, Bisa bersahabat dengan Jamlekon, terus punya monyet betina yang bisa dijodohkan sama Jamlekon."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun