Api Dalam Rumah: Ancaman Baru Abad Ini
Sejarah dunia selalu mencatat bahwa konflik hadir dalam dua wajah: internal dan eksternal. Konflik internal muncul ketika sebuah bangsa pecah dari dalam, tergerus ketidakadilan, ketimpangan sosial, atau lemahnya kepemimpinan. Sementara konflik eksternal lahir dari rivalitas antarnegara yang saling berebut pengaruh, wilayah, maupun sumber daya.
Kita bisa melihat bagaimana dua wajah konflik ini terus berulang. Perang Dunia I dan II adalah contoh konflik eksternal yang melibatkan banyak negara. Namun, jatuhnya banyak rezim di Timur Tengah, atau kerusuhan sosial di berbagai belahan dunia, lahir dari konflik internal yang tak kalah dahsyat.
Belakangan ini, gejala konflik internal semakin nyata. Nepal diguncang krisis ekonomi yang memantik protes besar-besaran. Jepang menghadapi tekanan sosial dari generasi mudanya yang kritis terhadap isu lingkungan dan kesejahteraan. Prancis berulang kali dilanda demonstrasi akibat kebijakan ekonomi yang dianggap tak berpihak pada rakyat. Sementara itu, di level global, Amerika Serikat berhadapan dengan BRICS+ dalam perebutan dominasi dunia.
Pertanyaannya: konflik mana yang akan lebih dominan di masa depan? Jawaban singkatnya: konflik internal. Dan yang mengejutkan, ada dua faktor baru yang akan menjadi pendorong utamanya: kecerdasan buatan (AI) dan generasi muda, khususnya Gen Z.
1. Ekonomi Melelahkan, Sosial Terbelah
Perekonomian global kini berada dalam fase yang melelahkan. Inflasi menghantui banyak negara, biaya hidup melonjak, sementara angka pengangguran tetap tinggi. Ironisnya, di saat rakyat menjerit, segelintir elit justru semakin menumpuk kekayaan. Jurang kaya–miskin melebar, dan rasa keadilan semakin tergerus.
Dalam kondisi seperti ini, masyarakat yang merasa dipinggirkan mudah tersulut. Keresahan sosial bisa menjelma menjadi demonstrasi, kerusuhan, bahkan revolusi. Nepal adalah contoh mutakhir: krisis ekonomi yang berkepanjangan melahirkan gelombang protes rakyat yang sulit dikendalikan. Fenomena ini bisa menjadi cermin bagi negara lain, bahwa stabilitas tidak hanya ditentukan oleh kekuatan militer atau diplomasi, tetapi juga oleh rasa keadilan sosial di dalam negeri.
2. AI: Disrupsi Tanpa Pagar
Kecerdasan buatan (AI) sering dipuji sebagai motor kemajuan, tetapi ia juga membawa ancaman yang tak kalah besar. Banyak pekerjaan manusia kini terancam hilang. Buruh pabrik digantikan robot, pekerjaan administratif diambil alih otomatisasi.