Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup Seperti Roda: Jangan Hanya Menunggu Giliran di Atas

8 September 2025   22:10 Diperbarui: 8 September 2025   22:10 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kadang saya galau. Di saat impian dan cita-cita terasa jauh, semangat seperti meredup. Saya teringat satu bab di kitab Fikrul Islam yang membahas Qadariyatul Ghaibiyah. Intinya, manusia sering mencampuradukkan perbuatan nyata dengan perbuatan Tuhan. Kita berkata, “saya sudah berusaha, tapi yang menakdirkan tetap Allah.” Kalimat itu benar, tapi sering kali dijadikan alasan untuk berhenti berusaha lebih keras.

Saya membaca ulang bab itu untuk memacu diri. Bahwa takdir memang urusan Allah, tapi tugas kita adalah menjalankan kehidupan sesuai aturan-Nya: merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan terus memperbaiki. Dari sana saya sadar, jangan sampai pepatah “hidup itu seperti roda, kadang di atas, kadang di bawah” dijadikan alasan untuk pasrah.



Roda Kehidupan dan Sikap Pasrah

Banyak orang menjadikan pepatah ini sebagai dalih untuk menyerah. Buruh yang di-PHK menenangkan diri dengan ucapan, “roda berputar, nanti juga dapat kerja lagi.” Petani yang gagal panen berkata, “sudah nasib, nanti juga diganti rezeki lain.” Bahkan bangsa kita pun sering merasa cukup dengan label “negeri kaya raya,” seolah kekayaan alam otomatis akan menyejahterakan rakyat.

Padahal, roda itu tidak akan pernah benar-benar membawa kita ke atas jika tidak ada usaha untuk menggerakkannya.

Islam Mengakui Pergiliran Nasib

Al-Qur’an pun menyebutkan bahwa hidup memang berganti-ganti:

“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia.” (QS. Ali Imran: 140)

Namun pergiliran itu tidak terjadi otomatis. Ia bergantung pada usaha, iman, dan kesungguhan manusia. Bangsa yang berilmu dan bekerja keras akan naik, sementara yang malas dan hanya pasrah akan tertinggal.



Contoh Faktual: Bukan Roda, Tapi Kayuhan

Sejarah membuktikan bahwa perubahan nasib tidak lahir dari menunggu giliran:

Jepang pasca Perang Dunia II bangkit dari kehancuran dengan disiplin dan kerja keras, bukan dengan menunggu.

Korea Selatan tahun 1960-an lebih miskin dari Indonesia, tapi mereka memilih jalur pendidikan dan teknologi hingga kini jadi negara maju.

Semua itu menunjukkan, roda kehidupan hanya bergerak ke atas kalau ada yang mengayuhnya.



Analogi Roda yang Tepat

Seperti sepeda: kalau tidak dikayuh, ia akan jatuh. Kalau salah arah, ia bisa tergelincir. Maka, yang menentukan kita berada di atas atau di bawah bukan sekadar roda, melainkan cara kita mengayuhnya.

Penutup: Jangan Menunggu Giliran

Takdir memang sudah tertulis di Lauh al-Mahfuz sebagai bukti ilmu Allah. Tapi kita tidak pernah tahu apa yang tertulis untuk diri kita. Yang kita tahu hanyalah kewajiban untuk berusaha maksimal: merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi.

 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Hidup bukan antrean yang pasti sampai giliran. Hidup adalah perjuangan yang harus kita kayuh. Maka daripada menunggu giliran roda berputar, lebih baik kita pacu roda hidup dengan iman, ilmu, dan kerja keras.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun