Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kemerdekaan yang dirindukan

6 Agustus 2025   07:00 Diperbarui: 21 Agustus 2025   07:05 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1945—angka keramat dalam sejarah bangsa
Tinta emas tertoreh di ujung luka dan derita
Teriak “merdeka” menggema ke seluruh nusantara
Tak sekadar bebas, tapi hak hidup manusia merdeka

Bambu runcing dan doa ibu menjadi saksi
Ketika darah tumpah demi harga diri
Tak hanya mengusir penjajah yang dzalim dan tamak
Tapi menanam martabat yang tak boleh retak

Namun kini, wahai bangsa yang konon merdeka
Adakah kau dengar jerit rakyat jelata?
Perut lapar di tengah pesta pora
Tanah dirampas atas nama negara

Jika hukum tajam hanya untuk yang lemah
Dan kekuasaan dibungkus janji yang musnah
Jika ijazah pemimpin masih jadi tanya
Dan suara kebenaran dibungkam diam-diam saja

Kami rindu kemerdekaan yang menyejukkan dada
Bukan sekadar seremoni dan spanduk warna-warni semata
Tapi keadilan yang hadir dalam setiap langkah
Yang tak mengucilkan rakyat dari hak dan arah

Merdeka bukan hanya bendera yang berkibar
Tapi petani yang tersenyum di ladang yang lebar
Guru dihormati, buruh dihargai
Dan hidup tak harus dibayar dengan harga diri

Wahai pemimpin yang duduk di singgasana
Kami titip tanah air—bukan untuk dijual semena-mena
Jangan ubah negeri ini jadi ladang kuasa
Tempat rakus merayap tanpa rasa

Kami ingin merdeka yang terasa nyata
Di meja makan, di sekolah, di hati warga
Yang tumbuh di sawah, pasar, dan pabrik kerja
Yang hidup di nurani, bukan hanya di pidato semata

Jika merdeka belum merata
Jika keadilan masih hanya kata
Maka sesungguhnya kita belum sepenuhnya merdeka
Dan perjuangan belum usai
Sampai rakyat bahagia

di seluruh penjuru nusantara

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun