Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Bukan Cuma Harga Makanan "Nuthuk", 3 Hal Ini Sangat Menyebalkan bagi Wisatawan

2 Juni 2021   11:53 Diperbarui: 3 Juni 2021   00:18 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi (pixabay.com/Free-Photos)

Dalam hati saya, wah murah juga cuma sepuluh ribu berempat. Kami pun mengikuti petunjuk pemuda tadi. Dan ternyata tempatnya masih jauh.

Sampai di tempat tujuan (yang ternyata pintu belakang), kami "disambut" oleh bapak-bapak. Bapak ini menyebut angka rupiah juga. Hmmm... saya langsung tahu kalau kami sudah kena "pungli" sama pemuda yang di jalan tadi.

Tanpa curiga, suami langsung memberikan uang tanpa ada karcis tanda masuk. Lagi-lagi kami berpikir ini bapak ini memungut retribusi masuk. "Mungkin tempat wisata baru dan belum dikelola profesional, " begitu batin saya. Ya sudahlah.

Kami masuk berjalan-jalan dan kagum dengan perbukitan kapur. Bahkan sempat berhenti untuk berfoto-ria. Setelah itu kami menuju ke tempat wisata utamanya.

Begitu kami parkir, langsung datang bapak-bapak yang lain lagi. Bapak ini meminta uang parkir dan uang masuk yang lumayan juga jumlahnya. Duh, pusing saya, petugas tiketnya banyak amat! Hadeehh...

Suami saya tetap ramah dan memberi uang. Bapak ini juga baik sebenarnya. Kami juga ngobrol dan beliau juga menunjukkan spot mana yang bagus untuk foto.

Usai dari situ, kami menuju spot bagus di sampingnya. Namun, karena agak jauh kami pun naik mobil sekalian pulang. Dan ternyata untuk masuk kawasan ini ada gerbang dan loket tiket masuk yang resmi. Gubraakkk...!!!

Jadi, kata petugas loket kami ini salah jalan dan lewat belakang. Akhirnya kami membayar tiket masuk dan parkir mobil lagi. Kali ini yang resmi. Hmmm...

Saya sedikit ngedumel. Namun seperti biasa, suami selalu bilang, "Sudah nggak usah dipikirin. Kalau dibuat kesal ya kamu nggak bisa nikmati jalan-jalan, " Oke, baiklah.

Saya tak jadi kesal. Anak-anak juga senang. Bapak yang di parkir sebelumnya mengikuti kami. Entah, mungkin merasa tak enak. Akhirnya kami minta tolong padanya mengambilkan beberapa foto (dengan memberi uang jasa meskipun tidak diminta). Hasilnya juga bagus.

Belajar dari kasus ini, sebenarnya pungutan liar (pungli) ini sangat menyebalkan. Mereka seolah tahu titik di mana wisatawan yang baru datang pertama kali dan tidak tahu arah akan masuk pada jebakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun