Mungkin rinai ini menjadi goresan faal
Gusarnya hati mengoyak rasa yang kekal
Bersemayam di sudutnya, seperti rela menggantung jejaknya
Pada sang cerita, di masa lalu meskipun bukanlah kelam
Tak mau menghilang, melekat dalam pandangan
Membuatnya menyimpan goresan-goresan tajam
Awan sisa itu pun akan menjadi saksi
Bahwa takhtamu, laksana cerita yang pernah membisu
Menutup rasa kalut, bersemayam dalam perihnya sembilu
Betapa kisahnya menjahit kenangan-kenangan kita
Di sudut dinding itu, di sana di antara goresan penuh warna
Wajahmu tersenyum, senyum itu membuatku tersiksa
Seandainya ingin kusimpan lebih lama, bersama luka
Aku tak akan pernah membiarkanmu lekang
Kuingin mengambilnya, kuhapus kisah kelana
Kutahu potongan nyawa itu seperti hilang entah ke mana
Tapi di sini, ada semburat wajah yang tak mau sirna
Menepi sendiri, bersembunyi di awan gelap malam ini juga
Wahai, sekuntum mawar yang kini telah terpetik di sana
Akan kujaga persinggahan di sudut jiwa ini, sampai tak lagi ada
Rasa benci, rasa dendam, laksana batu yang terkikis tirta
Luruh sedikit demi sedikit hingga tak lagi bersisa
Terhapus, tersisa sedikit nokta di sana
Tanda tentang lukisan kisah kita, akan hidup selamanya
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI