Akhir-akhir ini perhatian dunia tersita oleh perang Rusia-Ukraina. Banyak pengamat yang berandai-andai, jika presiden Rusia bukan Putin mungkin tidak akan ada penyerbuan Rusia ke Ukraina.
Tapi sebaliknya seandainya presiden Ukraina bukan Zelensky yang bukan mantan artis komedi yang pandai bermain sandiwara dan mudah termakan janji angin surga Barat dan AS, melainkan seorang politikus sejati dan ulung yang berjiwa besar dan negarawan seperti mediang Presiden Soekarno yang bersedia mengalah pada saat kritis demi tidak terjadinya perang saudara yang akan menghancurkan persatuan bangsa dan negara (tak terbayangkan andaikata Bung Karno saat 1965-66 menyerukan pengikutnya untuk melawan..). Maka Ukraina tidak akan hancur luluh-lantak seperti sekarang....
Kembali pada topik pembuatan kapal induk di Tiongkok, seandainya Uni Soviet tidak hancur akibat perang Dingin, dan Ukraina masih bersatu dengan Uni Soviet mungkin perkembangan  akan berbeda.
Seperti kita ketahui, Ukraina dulunya adalah pusat industri, teknologi, dan lumbung pangan semasa era Uni Soviet. Banyak ahli dan orang-orang pintar dalam iptek baik dalam kedirgantaraan maupun kemaritiman.
Pesawat angkut terbesar dunia Antonov dan pabrik mesin pesawat yang handal dan hebat dan kapal perang dan kapal induk Uni Soviet dibuat di Ukraina, berupa Kapal Induk Helikopter Moskva dan Leningrad, dan kapal Kiev (sekarang mangkrak) dan Varyag (yang belum rampung). Baca:
Antonov Ukraina Bergabung Dengan Sichuan Chengfei Teknologi Tiongkok
Mengintip Perkembangan Teknologi Kapal Induk Tiongkok dalam Rangka Menangkal AL-AS
Teknologi dan pembuatan kapal induk Tiongkok awalnya juga berasal dari bantuan dari ahli dari Ukarina.
Membahas tentang Varyag, banyak orang mungkin berpikir tentang Xu Zengping yang membelinya seharga US$ 20 juta, tetapi perlu diketahui selain Xu Zengping, ada seorang Ukraina yang juga telah menyumbangkan keahliannya untuk pembangunan kapal induk Tiongkok.