Mohon tunggu...
Maimai Bee
Maimai Bee Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Hai. Saya Maimai Bee, senang bisa bergabung di Kompasiana. Saya seorang ibu rumah tangga yang mempunyai tiga orang putra. Di sela waktu luang, saya senang membaca dan menulis. Salam kenal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Ayam

24 Januari 2023   09:43 Diperbarui: 24 Januari 2023   09:59 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Huh! Dasar duda lapuk. Makanya nikah sana, biar nggak sibuk ngurusin ayam orang!" cecar Ayu tak senang.

Teguh spontan berbalik. Wajahnya memerah penuh amarah. "Berkaca dulu sebelum mengatai orang lain. Situ aja yang nikah. Dasar Jalak!"

"Apaan, Situ ngatain saya? Berani?"

"Kamu tuh Jalak! Janda galak! Mana ada cowok yang mau sama emak-emak cerewet!"

"Heh, berhenti ngatain orang! Kamu sendiri gimana? Semenjak tinggal di sini masih aja jomlo. Percuma wajah ganteng dan kekar, kalau kelakuan nyenyes gitu. Nggak bakalan ada yang mau!" Ayu berbalik, dengan langkah lebar ia masuk ke dalam rumah. "Dasar laki-laki reseh!" tukasnya kesal. Dibantingnya pintu itu hingga tertutup rapat.

Teguh menatap jengkel. Setahun lalu saat ia pindah ke sini, Sintong, suami Ayu masih ada. Pria itu yang hobi memelihara ayam. Ada seekor ayam yang paling disayanginya yaitu si Burik, ayam jantan yang kini suka bertengger di tiang terasnya. Setelah Sintong meninggal karena kecelakaan, ayam-ayam itu terlantar. Ayu tidak berbakat beternak. Namun, ia tidak mau menyingkirkan unggas peliharaan itu.

Teguh kesal setiap pagi melihat ayam-ayam itu merdeka di halamannya. Sementara Ayu tak peduli. Wanita itu dengan santai mengendarai motor matik, berangkat bekerja bersama putri semata wayangnya. Dena bersekolah di SD yang sama dengan Rino, putranya.

Ayu seorang pegawai negeri sipil di dinas kependudukan. Teguh bekerja sebagai tukang bikin kunci. Sebenarnya ia bisa saja menjadi pegawai negeri sipil. Kalau saja saat itu ia bersabar sebagai honorer di dinas pekerjaan umum kotanya. Karena teman-teman seangkatannya kini sudah mendapat NIP.

Terkadang Teguh menyesali keputusannya hengkang dari kantor pemerintah itu. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Mungkin inilah jalan ninja baginya. Ia menghela napas panjang dan berbalik. Dilihatnya Rino berdiri di pintu sambil memegang sapu hendak mengusir ayam.

"Rin, biarin aja. Mulai sekarang kita akan makan ayam setiap hari," ujar Teguh sambil mengedipkan sebelah mata.

"Asyik, Rino suka ayam goreng," seru bocah berusia delapan tahun itu senang. Matanya berbinar ceria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun