Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengalirlah Air Mata Air

7 Februari 2019   15:11 Diperbarui: 7 Februari 2019   15:14 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Katamu kau cinta aku
Tulus, mengasihi

Serupa air mengaliri tanah-tanah gersang berbatu
Merasuk hingga ke celah bumi

Katamu kau tak mungkin sakitiku
Melukai rasa dan jiwa

Lalu mengapa laksana pembalak liar kau rusak lestarinya alam nan biru
Kau tebang pepohonan penyerap air baku hingga tak lagi bersisa

Katamu kan kau jaga suciku
Tak mungkin kau nodai

Kini kau cemari beningnya tubuhku
Dengan sampah dan limbah yang buat semua terkotori

Tak kau lihatkah air mata nan mengalir hitam
Dari mata air yang kini kelam
Tak kau lihatkah jelaga
Menghampar di kebeningan air yang tak lagi bercahaya

Jangan salahkanku
Jika tak lagi dapat hilangkan rasa dahaga
Dan jika cawan-cawan anggurmu
Terganti olah racun dari mata air yang kini bernoda

Mungkin di suatu masa
Aku akan mulai bercerita
Tentang lenyapnya alam semesta
Akibat ulah para manusia
Yang juga punah tak bersisa

Hingga,
Mengalirlah air mata air....

Tangerang, Februari 2019
Mahendra Paripurna

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun