Mohon tunggu...
M Sanantara
M Sanantara Mohon Tunggu... Art Modeling

Metus Hypocrisis et Proditio. Scribere ad velum Falsitatis scindendum.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tangga Menuju Alam Ke Tujuh

28 Mei 2025   05:58 Diperbarui: 28 Mei 2025   05:58 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Locked Door to Vintage Building (Pexels/M. Enes Anlamaz)

dan akhirnya aku senang
seringan senyummu, lekas
menuai yang tak
bermandikan sungai-sungai
di ujung kelok kelindan benar
sungguh!

dan akhirnya aku senang
seberat nyawamu, lekas
menuai yang tak
bertahan langit-langit
di ujung lengkung rona senja
karena!

tentang matanya yang sampai
kapan berhenti menyala?
antara keresahan dan cinta
yang bergulat, mengular
ke pintu neraka---
mesti terangi sepatu tua
yang terlampau gelap itu

kau, tangga menuju alam ketujuh
pernah sekuat tenaga aku menahan
sebentar saja di sisi
melawan penjara cahaya
kian pagi,
mendulang segala pergi

kau, seorang perempuan dan pria
yang hidup dalam kaset pita melankolia
tahun 1920

hanya---
menari,
menari,
dan menari...

sampai wajah Tuhan tidak sekusut
kemutlakan yang harus ia terima:
batas segala dari segala
yang tererat
untuk kesemulaan tak
ada akhir

*

Waktu: 04:30 / Subuh yang lupa memadamkan bulan / 2025
Tempat: Di ambang tangga menuju alam ketujuh
M Sanantara

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun