Mohon tunggu...
Fiksiana

Resensi Novel Amelia, Serial Anak-Anak Mamak Karya Tere Liye

27 Oktober 2015   09:58 Diperbarui: 4 April 2017   18:30 6274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Resensi Novel Amelia

Oleh: Maharani Putri Adi 

 

  

 

 

a. Judul Resensi

Resensi Novel Amelia-Serial Anak-Anak Mamak

b. Identitas Buku

  1. Judul Buku : Amelia-Serial Anak-Anak Mamak
  2. Pengarang : Tere Liye
  3. Tahun Terbit : 2013
  4. Penerbit : Republika
  5. Jumlah Halaman : 398 halaman
  6. ISBN : 978-602-8997-73-7
  7. Harga : Rp 60.000,-

c. Isi Resensi

    1. Pendahuluan

  1. Biografi Pengarang

Siapa sebenarnya Tere Liye sang novelis itu? Banyak yang mengira Tere Liye itu adalah seorang perempuan. Tere Liye bukanlah seorang perempuan, tetapi seorang laki-laki yang tenar dengan nama Darwis Tere Liye. Nama “Tere Liye” merupakan nama pena seorang penulis berbakat tanah air. Tere Liye lahir di dan tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera pada 21 Mei 1979. Berikut riwayat pendidikannya. Sekolah dasar ditempuh di SD Negeri 2 Kikim Timur Sumatera Selatan, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 2 Kikim Timur Sumatera Selatan. Setelah lulus SMP kemudian melanjutkan ke SMU Negeri 9 Bandar Lampung. Lalu meneruskan ke Universitas Indonesia fakultas Ekonomi. Tere Liye menikah dengan Ny. Riski Amelia dan dikaruniai seorang putra bernama Abdullah Pasai.

Saat ini Tere Liye telah menghasilkan sekitar 16 buah novel. Karya-karyanya antara lain: Kisah Sang Penandai: Ayahku (Bukan) Pembohong, Eliana: Serial Anak-Anak Mamak, Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Pukat: Serial Anak-Anak Mamak, Burlian: Serial Anak-Anak Mamak, Hafalan Shalat Delisa, Moga Bunda Disayang Allah, Bidadari-Bidadari Surga, Rembulan Tenggelam di Wajahmu, Senja Bersama Rosie, Mimpi-Mimpi Si Patah Hati, Cintaku Antara Jakarta & Kualalumpur, The Gogons Series 1, Berjuta Rasanya, Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah.

      b. Perbandingan Buku

Novel “Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin” merupakan salah satu novel karya Tere Liye. Novel ini memiliki memiliki persamaan dan perbedaan dengan novel “Amelia”. Persamaannya yaitu keduanya mengandung pesan semangat akan menggapai cita-cita walaupun keadaan keluarga yang sederhana dan tempat tinggal yang jauh dari perkotaan. Keduanya juga sama-sama memiliki pesan cara mendidik anak benar, berakhlak mulia yaitu dengan menceritakan kisah-kisah hebat agar anak meniru teladan yang benar. Dan yang terakhir kedua novel tersebut mengandung pesan akan saling menyayangi sesama saudara dan sikap gotong royong didalam keluarga. Perbedaan kedua novel tersebut adalah novel “Amelia” bernuansa islami sedangkan novel “Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin” tidak bernuansa islami dan ada unsur percintaan.

     c. Kekhasan Pengarang

Setiap penulis pasti memiliki ciri khasnya masing-masing, seperti halnya Tere Liye memiliki ciri khas yaitu karya-karya yang ditulis oleh Tere Liye mengisahkan tentang percintaan, kesedihan, cerita yang mengandung unsur islami, bahkan hingga kematian yang dialami oleh para tokohnya. Selain itu, Tere Liye sering menggunakan alur maju mundur dalam cerita novelnya. Dan jika kita perhatikan disemua karya novelnya kita tidak akan menemukan ‘tentang penulis’ yang biasa kita temukan diakhir halaman, jadi yang dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi dengan penggemarnya yaitu melalui email darwisdarwis@yahoo.com.

    d. Keunikan Buku

Novel “Amelia” adalah serangakain dari Serial Anak-Anak Mamak. Ketiga buku yang lain berjudul “Eliana”, “Pukat”, Burlian”. Biasanya jika ada empat buku dengan serial yang sama biasa disebut dengan tetralogy. Namun tidak dengan novel “Amelia” dan ketiga novel lainnya. Kenapa? Karena Novel “Amelia” tidak berlanjut ke novel “Eliana” atau sebaliknya. Novel “Amelia” memiliki jalan cerita sendiri dan punya cerita sendiri walaupun tokohnya dalam novel kebanyakan sama. Keunikan lain adalah Amelia anak keempat dari tiga saudaranya tetapi novel “Amelia” yang pertama terbit. Juga Tere Liye mengisahkan tidak selamanya anak bungsu itu berperilaku cengeng, manja, dan tidak bisa diatur. Namun sebaliknya Tere Liye mengisahkan sosok Amelia sebagai anak yang kuat.

    e. Tema Novel

Tema yang dapat diambil adalah novel tersebut bertemakan tentang keharmonisan dan kesederhanaan kehidupan kaluarga.

    f. Kritik Kelemahan Buku

Sebenarnya hanya sedikit yang dapat dikritik, yaitu hanya kadang penulisan kata yang kekurangan huruf, jadi penulis maupun editor harus lebih memperhatikan penulisannya.

    g. Kesan Terhadap Buku

Setelah selesai membaca novel “Amelia” pembaca pasti akan terkesan akan tokoh anak kecil Amelia. Anak bungsu dari empat besaudara ini memiliki karakter yang kuat. Bahkan orang dewasa pun dapat belajar dari tokoh tersebut. Sikap pantang menyerahnya membuat semua orang yang membacanya akan terkesan bila cerita tersebut benar-benar terjadi. Kekuatan dari novel ini adalah kehebatan penulis menggambarkan tingkah, pemikiran, dan percakapan anak-anak. Selain itu, seperti dalam buku-buku sebelumnya penulis selalu bisa memberikan pemahaman baru, tentunya dengan bahasa yang sedehana, tentang nilai kehidupan.

    2. Isi

       a. Sinopsis

Kenalkan, namaku Amelia. Disekolah, di tempat belajar mengaji Nek Kiba, di sungai, di balai kampong, teman-teman bermain, dan bahkan semua orang memanggilku Amel. Aku dan keluargaku tinggal di perkampungan yang indah. Persis di Lembah Bukit Barisan. Dilingkari oleh hutan lebat di bagian atasnya. Saat ini aku duduk dibangku sekolah dasar kelas 3. Aku anak bungsu dari empat bersaudara. Kakak tertuaku bernama Eliana, Eliana si pemberani. Kakak nomor duaku bernama Pukat, Pukat si jenius. Terakhir, kakak nomor tigaku bernama Burlian, Burlian si anak spesial.

Penggalan paragraf diatas mungkin menjadi perkenalan singkat tentang tokoh utama dalam novel yang berjudul sesuai nama tokoh utamanya yaitu Amelia. Novel Amelia menceritakan tentang kehidupan keluarga Syahdan di kampung di pedalaman Sumatera, dari sudut pandang bocah kecil bernama Amelia. 

Petualangan Amelia dimulai ketika ia mulai jenuh diomeli kakaknya Eli. Setiap hari ia terus mengeluh karena diatur-atur oleh kak Eli. Kak Eli selalu menyuruh-nyuruh Amelia mencuci, menyetrika, dan pekerjaan rumah lainnya, setidaknya itu yang dirasakan Amelia. Amelia merasa tidak adil karena kakaknya yang lain yaitu Burlian dan Pukat yang kerjaannya hanya bermain seharian tidak diomeli kak Eli.

Amelia benci menjadi anak bungsu, ia ingin menjadi anak sulung seperti kak Eli. Apalagi kak Burlian dan kak Pukat sering mengolok-olok dirinya. Mengatakan jika Amelia tidak bisa pergi jauh, ia akan menjadi penunggu rumah, hanya penunggu rumah. Suatu ketika, kekesalan Amelia pada kak Eli membuatya melakukan tindakan yang tidak terpuji. Ia sengaja menyikat sepatunya menggunakan sikat gigi kak Eli. Kak Eli yang mengetahui sikat giginya rusak melaporkan pada bapak. Wajah Amelia memerah, takut, penuh rasa bersalah. Dengan besar hati Amelia pun mengakui kesalahannya. Kak Eli marah besar kepada Amelia, begitu pula dengan bapak. Amelia pun di hukum mengerjakan tugas kak Eli selama seminggu.

Setelah kejadian itu, hubungan Amelia dan kak Eli menjadi lebih baik. Kak Eli yang sebentar lagi akan mengikuti Ujian Nasional, harus fokus belajarnya. Maka selama itu, Amelia yang menggantikan tugas-tugas kak Eli di rumah. Amelia tidak keberatan, karena mengetahui bahwa kak Eli menyayanginya.

Keteguhan Amelia benar-benar diuji ketika ia harus merubah temannya Chuk Norris. Norris ini adalah anak yang sangat nakal. Menurut cerita, hal ini terjadi karena ia tak pernah mendapatlkan kasih saying seorang ibu, atau lebih tepatnya ia membenci ibunya. Kata Ayah Norris, ibunya pergi ke kota meninggalkan mereka.

Amelia sedikit demi sedikit mendekati Norris, mengajaknya berteman, dan mengerjakan PR bersama. Walaupun Amelia selalu ditolak Norris, tapi dia tidak pernah menyerah. Hingga lambat laun, hati Norris luluh. Ia mulai menerima Amel sebagai temannya. Bahkan mereka menjadi sahabat karib ketika Norris mengetahui bahwa ibunya tidak pergi meninggalkannya. Ibunya dirawat di kota karena sakit. Kebencian dihatinya pun memudar.

Amelia adalah anak yang kuat, bahkan ketika rapat tetua kampung di rumahnya ia memberanikan diri untuk melontarkan pendapat. Ia berpendapat bahwa tanaman kopi di kampung mereka tidak bagus, ia berniat mengganti seluruh tanaman kopi dengan bibit kopi yang ia temukan di hutan. Walaupun pada awalnya diragukan, akhirnya penduduk kampung menyetujui penggantian tanaman kopi. Amel yang ditugaskan untuk menyemai bibitnya di belakang sekolah.

Setelah semaian bibit kopi siap, rapat besar kampung diadakan dengan agenda persetujuan menggunakan kas kampung untuk biaya pembibitan tanaman kopi. Selain itu untuk membeli lahan tidak produktif milik salah satu warga, sebagai lahan percobaan. Rapat itu berlangsung alot, ketika ada beberapa orang yang tidak setuju penggunaan kas kampung. Tetapi setelah nek Kiba (guru mengaji di kampung) menasehati mereka, akhirnya mereka setuju.

Sebenarnya kisah Amelia berakhir di rapat besar itu, tetapi untuk menghindari kekecewaan pembaca karena endingnya tidak jelas, Tere Liye menjelaskan dalam Epilog. Proyek penggantian tanaman kopi yang direncanakan Amelia ternyata gagal total. Ketika polybag berisi dua ribu tanaman kopi sudah dipindahkan ke lahan percobaan, beberapa hari kemudian terjadi banjir bandang yang menenggelamkan tanaman kopi, juga mengakibatkan rencana besar Amelia gagal total.Amelia sangat sedih dengan hal itu, tetapi ia tidak menyerah dan melanjutkan sekolah ke kota, kemudian menyusul kak Pukat ke Belanda meneruskan sekolah, dan mendapat gelar doktor dari dua bidang sekaligus. Satu gelar dari bidang pedagogi dan yang lain dari bidang pertanian kultur jaringan.

Amelia kembali ke kampung dan menjadi guru di SD nya dulu. Menjadi guru adalah cita-citanya yang ia inginkan sejak awal. Ia terkesan melihat guru terbaik di desanya yaitu Pak Bin dan Nek Kiba. Selain itu, Amelia pun bersiap melanjutkan usahanya yang sempat gagal dulu, dengan kekuatan penuh yang ia miliki sekarang.

    b. Keunggulan

  1. Mengajarkan pada para pembaca bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan kerja keras dan perlu disertai dengan doa.
  2. Melalui kata-kata yang sederhana, namun Tere Liye mampu menggugah emosi para pembaca sehingga seperti merasakannya langsung.
  3. Alur cerita yang tidak mudah ditebak, sehingga membuat pembaca semakin penasaran untuk terus membacanya.
  4. Alur cerita novel ini disusun sangat rapi. Walaupun alurnya maju mundur, tetapi Tere Liye bisa mengemasnya dengan sangat baik.

   c. Kelemahan

Kadang ditemukan tokoh yang tidak dijelaskan bagaimana ceritanya dan hanya di tuliskan *lihat dinovel Pukat, jadi pembaca harus membeli ketiga buku lainnya.

    d. Rumusan Kerangka Buku

  1. Si Tukang Ngatur-Ngatur
  2. Aku Tidak Mau Jadi Anak Bungsu
  3. Sekolah Diliburkan Mendadak
  4. Memetik Jamur
  5. Perasaan Bersalah
  6. Hukuman Bapak
  7. Panggil Aku”Eli”
  8. Mendikte Buku IPA
  9. Membantu Teman
  10. Percakapan Sore Hari
  11. Balajar Mengarang
  12. Belajar Bersama
  13. Masa Lalu Norris
  14. Pasar Kalangan
  15. Ujian Lisan Peta Dunia
  16. Lima Kuntum Bunga Matahari
  17. Panen Ladang Kopi
  18. Rencana-Rencana Bapak
  19. Survei dari Kota
  20. Doa-Doa Terbaik
  21. Melarikan Diri
  22. Melepas Kak Eli Pergi
  23. Palajaran Mencangkok
  24. Petualangan ke Tanah Malaka
  25. Kasih Sayang Mamak
  26. Pohon Raksasa
  27. Pertemuan Tetua Kampung
  28. Rencana-Rencana Besar
  29. Kultur Jaringan
  30. Gunjing Tetangga
  31. Berkeliling Kampung
  32. Cita-Cita Kau Apa?
  33. Pertemuan Besar

     e. Tinjauan Bahasa

Bahasa yang digunakan oleh penulis tidak berbelit-belit. Bahasanya juga tidak banyak menggunakan bahasa daerah sehingga pembaca secara umum bisa memahami ceritanya dengan mudah tanpa adanya gangguan. Melalui bahasanya, Tere Liye mampu mengaduk-aduk emosi para pembacanya sehingga tidak janrang membuat mereka menangis setelah membaca ceritanya.

     f. Kesalahan Cetak

Kadang ditemukan penulisan kata yang kurang huruf.

    3. Penutup

            a. Sasaran Buku

Secara keseluruhan, novel “Amelia” karya Tere Liye ini bisa dinikmati oleh siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Novel ini memiliki pesan yang penting bagi bagi para pembacanya. Bagi anak-anak, novel ini mengajarkan pentingnya mengenyam pendidikan, sikap pantang penyerah, mengajarkan kepada anak apa saja tugas nya ketika berada di rumah, tidak pilih-pilih teman dan menurut apa yang dikatakan oleh orang tua. Bagi orang dewasa, novel ini mengajarkan cara mendidik anak yang tepat, jika ada suatu masalah orang tua menjadi penengah yang dari hati menasehati anak-anaknya. Tidak lupa tokoh seorang guru yang menjadi satu-satunya guru dari kelas 1 hingga 6. Dengan segala metodenya ia sanggup melakukannya dan bahkan pantang menyerah mengajak anak-anak kampung untuk belajar karena pentingnya akan pendidikan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun