"Bukanlah peristiwa yang mengganggu kita, melainkan pandangan kita tentang peristiwa itu."Â
Ungkapan ini menjadi inti dari kekuatan Stoikisme di era digital yang selalu berubah. Kekuatan sejati untuk mencapai ketenangan batin tidak terletak pada kemampuan kita untuk mengubah dunia luar, melainkan pada kapasitas kita untuk mengubah diri sendiri. Dengan menginternalisasi prinsip-prinsip Stoikisme, setiap individu memiliki potensi untuk menavigasi kompleksitas digital dengan kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan kesederhanaan, menuju kehidupan yang lebih bermakna, penuh tujuan, dan resilien. Biarkan Stoikisme menjadi kompas moral, membimbing Anda menuju eudaimonia di setiap jejak langkah. (maftuch)
Rujukan
Aurelius, M. (2006). Meditations (M. Staniforth, Terj.). London: Penguin Classics.
Epictetus. (2008). Discourses and Selected Writings (R. Dobbin, Terj.). Oxford: Oxford University Press.
Seneca. (2004). Letters from a Stoic (Moral Letters to Lucilius) (R. Campbell, Terj.). London: Penguin Classics.
Holiday, R. (2014). The Obstacle Is The Way: The Timeless Art of Turning Trials into Triumph. New York: Portfolio/Penguin.
Irvine, W. B. (2009). A Guide to the Good Life: The Ancient Art of Stoic Joy. Oxford: Oxford University Press.
Robertson, D. (2019). How to Think Like a Roman Emperor: The Stoic Philosophy of Marcus Aurelius. New York: St. Martin's Press.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI