Mohon tunggu...
Maftuch Junaidy Mhirda
Maftuch Junaidy Mhirda Mohon Tunggu... Digital Marketer

Penikmat tulisan di kompasiana dan menyenangi dunia tulis menulis terkait edukasi, filsafat, bahasa dan teknologi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Kuno untuk Jiwa Modern: Bagaimana Stoikisme Menyelamatkan Kita dari Kecemasan Digital

29 Agustus 2025   09:55 Diperbarui: 29 Agustus 2025   10:37 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
peningkatan kecemasan, stres, dan sindrom burnout di kalangan masyarakat modern (sumber: Freepik)

Dengan mempraktikkan kebajikan Keadilan pada diri sendiri dan orang lain, kita diajak untuk mengembangkan harga diri yang kokoh, yang berakar pada karakter dan prinsip pribadi, bukan pada persepsi atau pujian dari dunia luar yang fana. Ini adalah langkah fundamental untuk melepaskan diri dari belenggu perbandingan dan menemukan kedamaian batin.

Amor Fati (Menerima Diri) dalam Perbandingan Sosial

Konsep Amor Fati, atau "mencintai nasib Anda," memiliki peranan penting dalam menghadapi perbandingan sosial dan kebutuhan akan validasi eksternal di era digital. Daripada terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain dan mencari persetujuan dari luar, Amor Fati mendorong kita untuk merangkul diri kita apa adanya, dengan segala kekurangan dan keunikan yang kita miliki. Menerima Kekurangan dan Keunikan Diri: Amor Fati mengajarkan kita untuk menerima dan bahkan mencintai takdir kita, termasuk karakteristik fisik, bakat, kelemahan, serta perjalanan hidup yang telah dan akan kita lalui. Di media sosial, godaan untuk menampilkan versi diri yang "sempurna" atau membandingkan diri dengan standar yang tidak realistis sangatlah besar. Dengan Amor Fati, kita diajak untuk menolak tekanan ini dan menerima diri kita sepenuhnya, menyadari bahwa setiap individu memiliki jalannya sendiri dan keunikan yang tak bisa ditiru.

Ketergantungan pada jumlah likes, komentar, atau pujian dari orang lain adalah bentuk validasi eksternal yang rapuh. Amor Fati membebaskan kita dari perbudakan ini dengan mengalihkan fokus pada penghargaan diri yang lahir dari internal—dari kesadaran akan kebajikan yang kita praktikkan dan integritas yang kita jaga. Dengan mencintai takdir diri, kita tidak lagi merasa perlu untuk membuktikan nilai diri kepada dunia maya, karena nilai tersebut sudah melekat dalam diri kita dan tidak dapat digoyahkan oleh opini publik atau tren sesaat.

Melalui Amor Fati, kita dapat mencapai kebebasan sejati dari tekanan untuk tampil sempurna di mata orang lain dan menemukan kepuasan yang mendalam dari penerimaan diri. Ini adalah fondasi untuk membangun ketahanan mental yang tidak tergoyahkan oleh fluktuasi validasi di dunia digital.

Mengatasi Kecemasan Akan Masa Depan dan Ketidakpastian

Era digital, dengan dinamika perubahannya yang cepat dan tidak pasti, seringkali memicu kekhawatiran akan masa depan. Kekhawatiran tentang karier, finansial, hubungan, atau bahkan eksistensi di tengah perkembangan teknologi yang masif, adalah realitas yang dihadapi banyak individu. Stoikisme, dengan penekanan pada nalar dan penerimaan, menyediakan kerangka kerja untuk menghadapi kecemasan semacam ini.

Dikotomi Kontrol dalam Menghadapi Ketidakpastian

Kembali ke prinsip fundamental Dikotomi Kontrol, kita dapat mengaplikasikannya untuk mengelola kekhawatiran terkait masa depan. Dengan memilah mana yang dapat kita kendalikan dan mana yang tidak, kita dapat mengarahkan energi mental kita secara lebih efektif dan mengurangi beban kecemasan yang tidak produktif.

Hal-hal yang Berada dalam Kendali Kita:

Kita memiliki kendali penuh atas upaya yang kita curahkan untuk mempersiapkan masa depan, seperti pengembangan keterampilan, perencanaan keuangan, atau menjaga kesehatan. Stoikisme mendorong kita untuk fokus pada proses dan tindakan yang dapat kita lakukan saat ini. Ketika menghadapi peristiwa tak terduga, yang berada dalam kendali kita adalah bagaimana kita memilih untuk merespons, dengan ketenangan, keberanian, atau kebijaksanaan, alih-alih panik atau mengeluh. Persepsi kita terhadap suatu kejadian sangat memengaruhi emosi kita. Kita bisa memilih untuk melihat ketidakpastian sebagai ancaman atau sebagai peluang untuk belajar dan beradaptasi.

Hal-hal yang Tidak Berada dalam Kendali Kita:

Peristiwa Tak Terduga seperti Perubahan ekonomi global, bencana alam, atau keputusan orang lain adalah contoh-contoh peristiwa yang di luar kendali kita. Berusaha mengontrolnya hanya akan membuahkan frustrasi. Meskipun kita telah berupaya maksimal, hasil akhir seringkali tidak sepenuhnya di tangan kita. Kita bisa berusaha untuk sukses, tetapi kita tidak bisa menjamin kesuksesan itu sendiri.

Dengan berpegang pada Dikotomi Kontrol, kita diajarkan untuk fokus pada tindakan yang etis dan rasional di masa kini, serta menerima dengan tenang apa pun hasil yang datang. Ini bukan berarti kita pasif, melainkan kita mengarahkan kekuatan kita pada area yang paling berdampak, yaitu tindakan dan sikap kita sendiri, sehingga kecemasan akan masa depan dapat diminimalkan.

Memento Mori: Pengingat untuk Hidup Penuh di Tengah Ketidakpastian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun