Hal-hal yang Tidak Berada dalam Kendali Kita:
Kita tidak dapat mengontrol bagaimana algoritma suatu platform media sosial bekerja atau konten apa yang dipromosikan. Kita tidak bisa menghentikan penyebaran berita negatif atau konten clickbait yang seringkali memicu emosi. Kita tidak bisa mengendalikan apa yang orang lain pikirkan, katakan, atau tulis tentang kita di internet. Berusaha memuaskan semua orang adalah upaya yang sia-sia dan melelahkan.
Dengan memusatkan perhatian pada aspek-aspek yang bisa kita kendalikan, seperti tindakan dan pilihan kita sendiri dalam berinteraksi dengan dunia digital, kita dapat mengurangi frustrasi dan kecemasan yang timbul dari upaya sia-sia untuk mengontrol hal-hal di luar kuasa kita. Ini memungkinkan kita untuk mengambil kembali kendali atas pengalaman digital kita, alih-alih menjadi budak dari notifikasi dan feed yang tak berujung.
Kesederhanaan (Moderasi) dalam Konsumsi Digital
Sejalan dengan Dikotomi Kontrol, kebajikan Kesederhanaan (Temperance) menjadi krusial dalam mengelola banjir informasi dan penggunaan media sosial. Konsep ini bukan tentang penolakan total, melainkan tentang keseimbangan dan moderasi untuk mencegah overload dan ketergantungan.
Menerapkan "puasa digital" secara berkala, yaitu periode di mana kita sengaja menjauhkan diri dari perangkat digital atau platform tertentu, adalah praktik Kesederhanaan. Ini bisa berarti tidak mengakses media sosial selama beberapa jam, sehari penuh di akhir pekan, atau bahkan lebih lama. Tujuan utamanya adalah untuk melatih kontrol diri dan menciptakan ruang untuk refleksi, koneksi di dunia nyata, atau aktivitas lain yang lebih bermakna. Pembatasan seperti mematikan notifikasi atau hanya memeriksa media sosial pada waktu-waktu tertentu, juga merupakan bentuk moderasi yang efektif.
Alih-alih mengonsumsi segala sesuatu yang muncul di feed kita, praktik Kesederhanaan mendorong kita untuk lebih selektif. Carilah konten yang mendidik, menginspirasi, atau memberikan nilai tambah pada hidup. Hindari konten yang memicu emosi negatif, perdebatan tak berujung, atau hanya membuang waktu tanpa memberikan manfaat. Ini adalah tentang kualitas, bukan kuantitas, dalam pengalaman digital kita.
Dengan mengadopsi Kesederhanaan, kita dapat mengubah hubungan kita dengan teknologi dari ketergantungan menjadi alat yang melayani tujuan kita, bukan sebaliknya. Ini membantu kita menciptakan lingkungan digital yang lebih tenang dan mendukung kesehatan mental, sekaligus mengasah kemampuan kita untuk mengendalikan keinginan dan nafsu yang seringkali dimanipulasi oleh desain platform digital.
Menghadapi Perbandingan Sosial dan Validasi Eksternal
Salah satu sumber utama keresahan di era digital adalah kecenderungan untuk membandingkan diri dengan "sorotan" kehidupan orang lain di media sosial dan ketergantungan pada validasi eksternal. Stoikisme menawarkan pendekatan yang kuat untuk mengatasi fenomena ini.
Hidup Sesuai Alam (Keadilan pada Diri)
Prinsip Hidup Sesuai Alam menuntun kita untuk menyadari bahwa kebahagiaan dan kepuasan sejati tidak ditemukan di luar diri kita, melainkan berasal dari dalam, dari pengembangan kebajikan dan integritas pribadi. Dalam konteks perbandingan sosial dan pencarian validasi, hal ini berarti:
Stoikisme mengajarkan bahwa nilai intrinsik kita tidak bergantung pada jumlah likes, komentar positif, atau pengakuan dari orang lain di media sosial. Kebahagiaan yang sejati (eudaimonia) adalah hasil dari hidup yang berbudi luhur (sesuai virtue), selaras dengan nalar, dan menerima apa yang tidak bisa kita kontrol. Ketergantungan pada validasi eksternal adalah bentuk perbudakan emosional yang justru menjauhkan kita dari ketenangan batin.
Media sosial seringkali menampilkan versi terbaik dan sudah dipilih sendiri dari kehidupan seseorang. Membandingkan diri kita dengan "sorotan" ini adalah resep ampuh untuk membuat cemas dan tidak puas terhadap diri sendiri. Keadilan pada diri sendiri, sebagai bagian dari Hidup Sesuai Alam, berarti mengenali nilai unik diri kita, berfokus pada perjalanan personal kita sendiri, dan tidak terjebak dalam ilusi kesempurnaan orang lain. Mengaplikasikan Dikotomi Kontrol, kita menyadari bahwa tampilan yang di tunjukan orang lain di media sosial adalah di luar kendali kita, dan yang terpenting adalah bagaimana kita menilai dan merespons kehidupan kita sendiri.