Mohon tunggu...
Maftuch Junaidy Mhirda
Maftuch Junaidy Mhirda Mohon Tunggu... Digital Marketer

Penikmat tulisan di kompasiana dan menyenangi dunia tulis menulis terkait edukasi, filsafat, bahasa dan teknologi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Kuno untuk Jiwa Modern: Bagaimana Stoikisme Menyelamatkan Kita dari Kecemasan Digital

29 Agustus 2025   09:55 Diperbarui: 29 Agustus 2025   10:37 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
peningkatan kecemasan, stres, dan sindrom burnout di kalangan masyarakat modern (sumber: Freepik)

Dalam menghadapi kecemasan akan masa depan dan ketidakpastian, konsep Memento Mori atau mengingat kematian menawarkan perspektif yang sangat berharga. Daripada membiarkan pikiran kita terperangkap dalam kekhawatiran yang tak berujung tentang apa yang mungkin terjadi, Memento Mori mengingatkan kita akan kenyataan fundamental tentang keterbatasan waktu. Ini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan sebagai katalisator untuk bertindak dengan bijak dan menghargai keberadaan kita saat ini.

Kesadaran bahwa hidup ini fana mendorong kita untuk tidak menunda-nunda hal-hal yang penting. Daripada menghabiskan energi untuk mencemaskan apakah atau bagaimana masa depan akan terjadi (yang sebagian besar di luar kendali kita), kita diajak untuk fokus pada apa yang bisa kita lakukan saat ini. Ini berarti mengerahkan upaya terbaik kita, mengembangkan kebajikan, dan menjalani setiap hari dengan penuh kesadaran dan tujuan. Pertanyaan Stoik yang relevan adalah: 

"Jika ini adalah hari terakhir saya, apakah saya telah hidup sesuai nilai-nilai saya?"

Banyak kecemasan tentang masa depan berasal dari ilusi bahwa kita dapat mengontrol segala sesuatu atau bahwa hasil yang sempurna adalah satu-satunya yang bisa diterima. Memento Mori membantu kita menempatkan perspektif: sebagian besar hal yang kita cemaskan pada akhirnya akan menjadi tidak relevan dalam berjalannya waktu. Dengan menerima bahwa kematian adalah bagian tak terhindarkan dari kehidupan, kita dapat membebaskan diri dari beban ekspektasi yang tidak realistis dan mengurangi kekhawatiran berlebihan terhadap hal-hal yang pada dasarnya fana dan di luar kuasa kita. Melalui Memento Mori, Stoikisme tidak hanya menyediakan alat untuk mengelola kecemasan, tetapi juga mengubahnya menjadi motivasi kuat untuk menjalani hidup yang lebih bermakna, penuh tujuan, dan tidak terbebani oleh ketakutan akan masa depan.

Menjaga Fokus dan Produktivitas

Di tengah lautan distraksi digital, menjaga fokus dan produktivitas adalah tantangan besar. Notifikasi yang terus-menerus, godaan media sosial, dan multi-tasking yang berlebihan dapat mengikis kemampuan kita untuk berkonsentrasi pada tugas-tugas yang penting. Stoikisme, dengan penekanan pada rasionalitas dan kontrol diri, menawarkan strategi efektif untuk memelihara fokus dan meningkatkan produktivitas.

Kebijaksanaan (Prudence) dalam Prioritas Digital

Kebajikan Kebijaksanaan (Prudence) adalah kemampuan untuk membuat penilaian yang benar dan memilih tindakan yang tepat dalam situasi apa pun. Dalam konteks fokus dan produktivitas di era digital, kebijaksanaan berarti secara sadar menentukan prioritas dan menghindari waktu serta perhatian kita dari gangguan.

Seorang Stoik akan memulai hari dengan mengidentifikasi tugas-tugas yang benar-benar penting dan selaras dengan nilai-nilai serta tujuan jangka panjangnya. Ini berarti menolak godaan untuk terjebak dalam aktivitas online yang mendesak namun tidak substansial. Daripada bereaksi terhadap setiap notifikasi atau email, kebijaksanaan mengarahkan kita untuk proaktif dalam mengelola jadwal dan fokus pada pekerjaan yang memiliki dampak nyata. Hal ini seringkali melibatkan pembuatan daftar prioritas yang jelas dan keberanian untuk mengatakan "tidak" pada permintaan yang tidak penting.

Kebijaksanaan juga memandu kita untuk memahami bahwa upaya melakukan banyak hal sekaligus (multi-tasking) seringkali kurang efektif daripada fokus pada satu tugas secara mendalam (single-tasking). Teknik-teknik seperti metode Pomodoro, di mana kita bekerja dalam periode waktu yang terfokus tanpa gangguan, atau hanya membuka tab browser yang relevan, adalah aplikasi praktis dari kebijaksanaan ini. Dengan mengarahkan seluruh perhatian kita pada satu tugas, kita tidak hanya meningkatkan kualitas pekerjaan, tetapi juga mengurangi kelelahan mental yang disebabkan oleh peralihan konteks yang konstan di dunia digital.

Dengan mempraktikkan Kebijaksanaan, kita dapat secara strategis mengelola lingkungan digital kita, mengubahnya dari sumber gangguan menjadi alat yang mendukung fokus dan produktivitas. Ini memungkinkan kita untuk memaksimalkan potensi kita dan mencapai tujuan dengan lebih efektif, sambil menjaga ketenangan batin.

Meskipun Stoikisme adalah filosofi yang kuat, penting untuk memahami batasannya. Kesalahpahaman umum bahwa Stoikisme berarti tidak merasakan emosi adalah keliru; sebaliknya, ia mengajarkan untuk memahami dan mengelola emosi secara bijaksana.

Pada akhirnya, esensi dari ajaran Stoikisme dapat dirangkum dalam adagium klasik dari Epictetus: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun