Lihatlah kini kabut cinta telah menembus istana, halus menjelma hantu; menakutkan
Dia datang membawa angin segar, juga membakar hati pemerintahan
Sebenernya kau datang membawa keberuntungan, namun kabut menutupi cinta; kebencian
Hatimu bersih, cintamu suci; namun kenapa kabut kau bawa; data kau tenggelamkanÂ
---
Langit dan bumi seakan tersenyum, juga menangis; melihat topeng-topengmu berkeliaran
Berubah-ubah, mati ditangguhkan; kau tumbuh lagi seperti jamur di musim hujan
Kau juga menjelma kabut cinta, mencintai kemudian kau tinggalkan
---
Kau terbang melayang di luasnya media; menempel ke sudut-sudut harapan
Meninggalkan jejak kekhawatiran, menerbangkan kewaspadaanÂ
Menjelma serigala buas, mencabik-cabik hati parlemen
Kau juga menempel difikiran; hati gundah presiden
---
Namamu akan terus tersimpan dalam sukma meraka, sebelum kau ditemukan
Kabut cinta, akankah engkau disebut penyusup musuh kenegaraanÂ
Ataukah pemberi pengetahuan, penebar kebaikan; mendapat gelar pahlawan
Kabut cinta menyatu dalam diri bjorka, akankah berserah diri; mendapat hukuman?
Surabaya, 15 September 2022
M. Abd. Rahim