Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Teana - Sabra (Part 25)

16 September 2018   09:37 Diperbarui: 16 September 2018   10:12 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Terimakasih atas pertolonganmu Dalath." gumam Teana dalam hati.

Dalath lenyap dari pandangan Teana.

"Mmm... Tuan tadi hebat sekali. Tanpa menyentuhnya, Tuan telah mengalahkan lelaki itu."ucap Almeera sambil berjalan disamping Teana.

Teana hanya tersenyum mendengar ucapan Almeera. Ia kini mulai menyadari bahwa ia telah benar -- benar memiliki sebagian kekuatan Dalath. Sebuah kekuatan yang ia sendiri belum tahu untuk apa kekuatan itu. Dan mengapa Dalath memberikan kekuatan itu kepadanya.

***

Hari mulai siang. Matahari bersinar sangat panas. Teana dan Almeera berjalan menyusuri lorong pasar sambil mengenakan kerudung untuk menghindari panas menembus kulit mereka. Setelah melewati beberapa tikungan, akhirnya mereka sampai di tempat Peramal Simkath. Tempat itu cukup sepi. Jauh dari keramaian pasar. Beberapa pohon kurma tumbuh subur di dekat sebuah kandang unta. Membuat suasana di tempat itu nampak teduh. Tidak jauh dari kandang unta, terdapat sebuah sumur kecil yang tanah disekitarnya terlihat basah. Seseorang baru saja mengambil air dari sumur itu.

"Sepertinya peramal itu ada didalam Tuan," ucap Almeera pelan.

"Iya kau benar Almeera." jawab Teana.

Mereka berdua mengetuk pintu rumah Peramal Simkath. Tak lama kemudian terdengar suara menyahut dari dalam. Lalu mereka masuk.

                "Ada apa kalian datang kemari?" tanya Simkath.

Ketika mereka bertiga saling berhadapan, Teana merasa kaget melihat wajah Simkath. Seketika itu tubuhnya merasakan aura panas yang sama dengan saat ia berhadapan dengan lelaki berjubah hitam di Pasar Sabra tadi. Namun ia tetap bersikap tenang. Ia menceritakan semua yang ingin ia tanyakan kepada Simkath. Dengan mata menyipit, Simkath mendengarkan seluruh cerita yang disampaikan oleh Teana. Mereka bertiga terlibat dalam sebuah percakapan yang cukup serius hingga tak terasa matahari hampir tergelincir ke arah Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun