Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dompet

10 Januari 2017   08:55 Diperbarui: 10 Januari 2017   09:34 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tahu, mungkin Salim sudah bosan menagih hutangnya. Tapi mau bagaimana lagi. Walau dia tidak kaya, tapi termasuk teman yang mudah dipinjami uang. Dia orangnya paling tidak tegaan melihat temannya dalam kesulitan. Aku beruntung berteman dengannya.

Tuh kan, kamu sangat butuh uang. Sudahlah tak usah ragu lagi, pakai saja uang di dompet itu!” mendadak suara bisikan aneh itu kembali muncul dalam diriku.

***

(“Tidaaaaak...tidaaakkk.....!

Bukan aku yang mengambilnya, bukan...bukan aku!”)

“Bangun, Mad! Bangun.....bangun......!”  pekik Ghofur membangunkanku.


“Ada apa Fur?” tanyaku masih kebingungan sambil mengucek-ngucek mataku, nafasku masih tersengal-sengal dan detak jantungku terasa kencang.

“Kamu ngigau, sampai teriak-teriak keras sekali”

Lalu Ghofur mengambilkanku segelas air putih. Aku pun meminumnya dengan perlahan.

“Lain kali kalau mau tidur jangan lupa berdoa ya!” saran Ghofur padaku. Lalu kulihat ia meneruskan shalat sunnahnya. Kulirik jam dinding menunjuk angka tiga.

Setelah aku merasa tenang, aku mencoba mengingat-ingat mimpi yang barusan kualami. Dalam mimpi sepertinya aku sedang dikerubungi oleh santri-santri di sini. Semua telunjuk menuding ke arahku. Mereka menuduhku telah mencuri uang milik salah satu santri. Aku membantah dengan keras, karena seumur hidup aku belum pernah mencuri. Tapi mereka menunjukkan bukti dompetku yang penuh berisi uang. Mereka terus menudingku, dan aku pun bersikeras menyangkal tuduhan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun