Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Status Quo

9 Oktober 2020   06:46 Diperbarui: 9 Oktober 2020   07:12 1911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi-transisi.org

Lini masa riuh di bulan kesepuluh saat negeri ini belum sepenuhnya sembuh. Katanya jangan bikin gaduh. Namun sendirinya menyulut kemelut. 

Angin berdesau membisikkan warta ke telinga-telinga para punggawa namun tersumbat dan terpental, lalu memilih berubah menjadi belati yang menguliti kematian nurani. Memangnya siapa yang seharusnya berdiri di puncak hierarki?

Kita telah ditegur berkali-kali, melalui orang-orang tua yang bertaruh nasib demi sesuap nasi, anak-anak yang rindu bersekolah lagi, kuburan-kuburan pahlawan medis yang belum mengering dan arisan nyawa yang menunggu giliran mati. 

Kita akan selamatkan diri dan memasang perisai. Sementara mereka bergeming dalam rantai oligarki.

09/10/2020

*) status quo, berasal dari bahasa Latin, yang artinya adalah keadaan tetap sebagaimana keadaan sekarang atau sebagaimana keadaan sebelumnya. Dalam dunia politik, kata 'status quo' lazim digunakan untuk menyatakan kondisi, kultur dan kebiasaan yang sudah berjalan cukup lama (bisa baik atau buruk).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun