Mohon tunggu...
Lukmanul Hakim
Lukmanul Hakim Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis salah satu usaha untuk mengikat ilmu. Aktifitas saya sebagai jurnalis warga menjadikan selalu untuk menulis berita. Begitu juga sebagai kontributor TVMU untuk wilayah Brebes, mesti menulis Naskah narasi berita. Jadi Menulislah...menulis...dan menulis...Salam Literasi

Kontributor TVMu untuk Kabupaten Brebes

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pentingnya Literasi Politik dalam Menghadapi Pemilu 2024

30 Mei 2023   10:01 Diperbarui: 30 Mei 2023   10:08 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertarungan pemikiran di media sosial tidak terbendung,apalagi jelang Pemilu 2024 makin banyak informasi yang dibagikan tanpa disaring terlebih dahulu. Yang penting membuat emosi, marah dan kalimatnya melukai suku, agama, ras tertentu, langsung dibagikan, pdahal belum tentu sumber informasinya benar.

Kontestasi politik semakin terasa gaungnya, perang argumen seringkali membuat hilang akal dan lupa bahwa manusia memilik daya cipta rasa karsa. Ini fakta, tidak sedikit orang yang berpendidikan, namun tidak cerdas saat membagikan informasi. Literasi politik yang kurang dan pemahaman terhadap kecanggihan teknologi seakan menjadi penyebab maraknya info hoaks.

Dilansir dari media Kominfo, Hoaks merupakan informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya atau juga bisa diartikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya.

Dari hasil pengamatan penulis, hoaks dibangun dari berbagai media baik tulisan, foto, bahkan video. Tentu masyarakat harus jeli menyikapinya. jangan sampai hoaks menjadi "makanan setiap hari" masuk ke dalam jaring - jaring media sosial.

Perkembangan Hoaks dari masa ke masa

Pada tahun 2004, pesan berantai pemilu Hoaks sebetulnya sudah ada informasi yang dibangun untuk menjatuhkan salah satu calon presiden dalam Pemilu. Saat itu capres Soesilo Bambang Yudiyono dikabarkan didukung oleh para pendeta dan ada agenda menghancurkan umat Islam, tentu saja bagi masyarakat muslim yang tidak memfliternya langsung percaya begitu saja.


Penyebaran hoaks pemilu saat itu menggunakan lembaran kertas fotokopian dan secara intens dibagikan kepada masyarakat. Seiring berkembangnya zaman, pada tahun 2009, hoaks tulisan dibagikan melalui media short message sevice (SMS).
 

Pemilu 2014 bertambah melalui media sosial facebook, twitter dan instagram. Selain itu media buletin yang disebar ke masyarakat sempat trending dari Obor Rakyat dengan judul Capres boneka dan memunculkan isu agama bagi caleg yang menganut agama tertentu.

Tahun 2014 tidak dipungkiri ada yang diuntungkan atau dirugikan dengan derasnya arus informasi yang tersebar di masyarakat. Kemudahan akses internet bagi masyarakat menjadi salah satu kendala dalam menyaring informasi yang akurat dan benar.

Alasan yang mempengaruhi publik percaya terhadap sumber informasi yang belum tentu kebenarannya, diantaranya :

- Penyebaran informasi yang terus dilakukan secara masif berulang - ulang, maka akan dinilai menjadi sebuah kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun