Kisah-kisah seperti ini bukan sekadar inspirasi individual, tetapi simbol pergulatan sosial: bahwa lansia pun berhak memiliki narasi baru tentang cinta, kebahagiaan, dan identitas. Keberanian memilih perceraian sebagai doa bagi diri sendiri sesungguhnya mengajak kita mengurai stigma lama dan membuka kemungkinan bahwa cinta tak selalu harus dipertahankan sampai redup.
Di akhir kisah, self-love pada masa tua mengajarkan kita bahwa mencintai diri sendiri bukan tindakan egois, melainkan kejujuran hati. Ia tidak lantas sempurna, tetapi lembut dan tegas: bahwa di usia senja pun seseorang berhak memilih bahagia, bermartabat, dan hidup dengan jati diri yang sejati.
Merayakan Diri di Usia Senja
Kadang, mencintai diri sendiri berarti berani melepaskan --- dan di usia senja, melepaskan bukan tanda menyerah, tetapi tanda kebijaksanaan hati. Ketika cinta lama tak lagi memberi hidup, memilih berpisah bukan penghujung, melainkan titik balik untuk menemukan diri kembali.
Dalam keheningan hari-hari yang baru, semoga mereka yang memilih jalan ini merasakan bahwa cinta yang paling penting adalah cinta kepada diri sendiri.Â
Dan semoga kita sebagai masyarakat berani memperluas ruang empati, agar kisah para lansia tidak dibayang-bayangi stigma, tetapi dirayakan sebagai perjalanan penuh makna.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI