Kesehatan mental menjadi aspek krusial. Depresi, kecemasan, atau rasa rendah diri bisa muncul ketika identitas lama runtuh.Â
Di sinilah terapi atau konseling dapat berperan penting, membantu seseorang mengenali pola pikir negatif, mengganti inner critic menjadi suara yang lebih empatik, serta membangun strategi koping sehat.Â
Terapi berbasis compassion-focused telah terbukti menurunkan self-criticism dan meningkatkan kesejahteraan psikologis setelah perceraian. (journals.lww.com)
Seiring waktu, seseorang mulai merangkai kembali identitas baru --- bukan sebagai mantan istri atau suami, tetapi sebagai individu penuh hak dan harapan sendiri. Siapa saya tanpa status itu? Apa mimpi yang selama ini tertunda? Di fase ini, kebebasan memilih kembali menjadi utama.
Hobi lama yang sempat ditinggalkan karena tuntutan peran rumah tangga bisa dihidupkan ulang. Misalnya membaca, menulis jurnal, memasak, berkebun, atau seni---apa pun yang pernah memberi sukacita.Â
Selain itu, membuka pintu hubungan sosial baru dengan komunitas teman sebaya, kelompok spiritual, atau organisasi pelayanan sosial bisa membantu menumbuhkan rasa belonging dan mendorong pemulihan emosional.
Dalam perjalanan itu, penting diingat bahwa self-love bukanlah egoisme. Justru, dengan diri yang terawat baik, seseorang dapat menghadapi dunia dengan keseimbangan lebih baik dan membangun relasi baru yang sehat bila diinginkan.
Budaya Lokal dan Stigma
Di Indonesia, norma bahwa rumah tangga harus bertahan "selamanya" sangat kuat. Ketika seseorang memilih berpisah pada usia senja, banyak yang tak kuasa membendung rasa heran atau bahkan cemoohan.Â
"Kok di usia tua malah bercerai?" "Siapa nanti yang merawat?"---begitulah pertanyaan-pertanyaan yang sering membayangi keputusan tersebut.
Tak kalah kuat adalah nilai agama dan tanggung jawab sosial. Dalam banyak komunitas, perceraian dianggap tabu dan berdosa.Â
Bagi lansia, tekanan menjaga nama baik keluarga atau menghindari kemaluan seringkali menjadi beban berat. Bila mereka mengajukan perceraian, dikhawatirkan dianggap mengabaikan amanah rumah tangga atau tanggung jawab sebagai orang tua.