Menghadapi label "janda" memang bukan hal yang mudah. Tetapi banyak perempuan single parent yang tetap memilih berdiri tegak. Mereka membuktikan bahwa stigma tidak bisa mendefinisikan siapa diri mereka. Identitas mereka bukanlah label yang diberikan orang lain, melainkan perjuangan yang mereka jalani setiap hari demi anak-anak yang mereka cintai.
Jalan Panjang: Dari Ketabahan Menuju PerubahanÂ
Meski menghadapi begitu banyak tantangan, perempuan single parent di Indonesia tidak pernah berhenti berjuang. Mereka tetap berjalan di jalan panjang yang penuh liku, dengan satu tujuan utama: memastikan anak-anaknya bisa tumbuh dengan baik. Jalan ini bukan sekadar tentang bertahan hidup, tetapi juga tentang membangun harapan baru di tengah keterbatasan.
Ketabahan seorang ibu tunggal sering kali lahir dari luka yang dalam. Banyak di antara mereka yang memulai perjalanan ini dengan air mata: perceraian yang menyakitkan, kehilangan pasangan karena kematian, atau keputusan berat untuk melindungi diri dari hubungan yang tidak sehat. Namun, dari luka itu, mereka belajar menemukan kekuatan baru.
Kisah inspiratif sering datang dari mereka yang mampu membalik keadaan. Ada ibu tunggal yang bekerja sebagai pedagang kecil, tetapi berhasil menyekolahkan anaknya hingga sarjana. Ada pula yang berjuang dari pekerjaan serabutan, lalu pelan-pelan membangun usaha kecil yang kini menjadi sumber penghidupan keluarga. Kisah-kisah ini jarang terdengar di media, tetapi nyata hadir di sekitar kita.
Komunitas juga memainkan peran penting dalam perjalanan panjang ini. Kehadiran kelompok pendukung seperti Single Mom Indonesia misalnya, memberikan ruang aman bagi perempuan single parent untuk saling berbagi pengalaman. Mereka tidak lagi merasa sendirian, karena ada orang lain yang memahami betul perjuangan serupa. Solidaritas ini menjadi sumber kekuatan tambahan untuk melawan stigma.
Selain komunitas, peran keluarga juga sangat menentukan. Tidak semua perempuan single parent beruntung mendapat dukungan keluarga, tetapi bagi yang mendapatkannya, jalan terasa lebih ringan. Kehadiran orang tua, saudara, atau kerabat yang mau membantu menjaga anak atau mendukung secara finansial membuat beban bisa terbagi. Dukungan ini juga bisa meredam rasa sepi dan tekanan sosial yang sering mereka rasakan.
Namun, perjuangan menuju perubahan tidak bisa hanya dibebankan pada individu atau komunitas. Negara juga memiliki peran besar. Data dari Komnas Perempuan 2022 menunjukkan bahwa perempuan kepala keluarga termasuk kelompok rentan yang paling membutuhkan perlindungan. Dukungan kebijakan seperti akses pendidikan gratis, subsidi kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi menjadi kunci penting agar mereka bisa bangkit dari keterbatasan.
Kita juga perlu mengubah cara pandang sebagai masyarakat. Alih-alih menghakimi, sudah seharusnya kita memberi apresiasi. Alih-alih melabeli, sudah seharusnya kita memberikan dukungan. Perubahan cara pandang ini tidak hanya akan meringankan beban perempuan single parent, tetapi juga memberikan ruang aman bagi anak-anak mereka untuk tumbuh tanpa rasa malu terhadap status keluarganya.
Ketabahan yang mereka miliki seharusnya menjadi inspirasi, bukan bahan gosip. Karena di balik senyum seorang ibu tunggal, ada air mata yang disembunyikan, ada tenaga yang dipaksa bekerja ekstra, dan ada doa yang tidak pernah putus untuk masa depan anak-anaknya. Itulah yang membuat perjalanan mereka layak dihormati.
Perubahan tidak akan datang seketika, tetapi bisa dimulai dari langkah-langkah kecil. Menghentikan candaan yang merendahkan, membuka ruang pekerjaan yang lebih ramah bagi ibu tunggal, dan membangun komunitas yang lebih inklusif adalah beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan. Dengan cara ini, stigma yang selama ini menjerat perlahan bisa dilepaskan.
Jalan panjang perempuan single parent adalah cerita tentang keberanian, ketabahan, dan cinta tanpa batas. Dari mereka kita belajar bahwa hidup, meski penuh rintangan, tetap bisa dijalani dengan kepala tegak. Mereka bukan sekadar korban keadaan, tetapi pejuang yang membuktikan bahwa kasih sayang seorang ibu mampu menaklukkan stigma dan keterbatasan.