“Harusnya ada ya. Eh, tapi ini buku harian siapa?” desak Gaby.
“Nggak tahu! Kayaknya sih pemilik kamarku yang dulu.”
“Oh, iya, lo kan baru pindah rumah, ya? Gimana rumah yang baru? Enak, nggak?” tanya Gaby kepo.
“Yang senang sih ibuku karena dapurnya luas. Yaah, aku juga suka sama kamarku biarpun masih belum terbiasa.”
“Ada setannya, ya?”
“Nggak tahu. Tapi pemandangan dari jendela memang gelap banget.”
“Hiiiy!”
“Sssst! Kalau mau ngobrol di luar saja, ya!” tegur Bu Retno yang sedang menulis di white board, tanpa membalikkan badan.
Aku dan Gaby sontak terdiam dan menunduk.
Saat istirahat di luar kelas, aku dan Gaby duduk di bangku yang ada di pinggir lapangan basket sambil masing-masing menikmati sekotak dimsum.
“Jadi umur pemilik buku harian itu sekarang sudah tua, ya?” tanya Gaby. Kami masih membahas soal buku harian yang membuatku bergadang.