Kau hujan memang suka serba kelam serba gaib serba
suara desah; asalmu dari laut, langit, dan bumi;
kembalilah, jangan menggodaku tidur. Aku sahabat
manusia. Ia suka terang.
  Pada puisi "Percakapan Malam Hujan" ini mengandung pemaknaan pada dua objek yaitu pada benda mati yang seakan hidup layaknya manusia, seperti hujan dan lampu. Unsur objek kehidupan manusia yang menghubungkan makna dari hujan dan lampu. Hujan itu seakan manusia tersebut mampu membawa pada suasana gelap, sunyi, dan tenang pada penggambaran objek puisi, menghadirkan suasana hening akan malamhujan yang saling berkaitan antara makna yang lain. Pada lampu jalan itu sebagai sosok yang sedang berlawanan arah dengan hujan yang menyukai hening dan gelap membawa kelabu, di sini lampu jalan menjadi sosok yang menyukai terang, dimana semua orang pasti membutuhkan dalam gelapnya malam, puisi ini terlihat menandakan keseimbang terhadap hujan, membawa kegelapan, dan ketidak jelasan dengan lampu yang mampu menemani hujan untuk meneranginya dikala kegelapan dan sunyinya malam.Â
Bait Pertama
Hujan, yang mengenakan mantel,Â
sepatu panjang, dan payung, berdiri di samping tiang listrik.Â
Katanya kepada lampu jalan,
Tutup matamu dan tidurlah. Biar kujaga malam.
  Pada kutipan puisi bagian bait Pertama dari puisi "Percakapan Malam Hujan". Ada makna yang terdapat pada kalimat "Hujan, yang mengenakan mantel, sepatu panjang, dan payung, berdiri di samping tiang listrik." Adanya peniruan realita yang dimana hujan seakan -- akan dapat melakukan hal yang biasanya dilakukan oleh manusia yaitu mengenakan dan membawa sesuatu dan kehadirannya yang menjadi sosok disana, akan tetapi makna yang dapat diperoleh dimana hujan kala itu datang dengan membawa pesan agar kehadirannya mampu membawa suasana tenang menghanyutkan dengan tetesan air dengan irama merdu karena kedatangnya, walau itu bisa membuat gelisah manusia karena kehadirannya yang diperlihatkan pada kalimat "Katanya kepada lampu jalan, Tutup matamu dan tidurlah. Biar kujaga malam". Disini hujan tampak membuat khawatir akan kedatangnya yang bisa bikin rasa gelisah jika diketahui oleh manusia, namun hujan juga mengatakan pada lampu jalan agar tak perlu mengkawatirkan itu. Pada kutipan kalimat diatas terlihat bahwa kedua objek pada puisi seakan -- akan hidup mewujudkan sosok manusia yang saling berkomunikasi supaya tidak mengkhawatirkannya.