Ibu Santi paham kegundahan hati putrinya, lalu mengusap halus kepalanya sambil bicara, "sudah ...! Pergi sekolah agek telat pulo!
Santi hanya menggangguk. Mencium punggung tangan ibunya lalu melangkah pergi ke sekolah.
Di sekolah, saat jam istirahat, Santi mengeluarkan tempat bekalnya, begitu juga teman-teman yang lain, namun aroma Tempoyak ikan Patin Santi mengundang teman-temannya untuk mengerubungi.
"Santi, bekal kau wangi nian!"
"Kau doyan pedas!"
"Apo tu?" tanya teman-teman Santi secara bergantian, penasaran.
"Tempoyak ikan patin masakan emak ngan."Jawab Santi bangga.
"Ciciplah!" kata Santi sambil menyodorkan tempoyak ikan patinnya. Teman-teman Santi antusias menyendokkan gulai ke tempat bekal mereka. Sedikit-dikit mereka semua kebagian. Teman-teman memuji masakan emak Santi. Enak. Patinnya tidak amis, kuahnya asam-asam, manis, pedas nikmat.
"Iko ikan patin sungai. Rasonyo lebih manis dan enak! Emak emang pandai nian masak masakan khas Bungo, macam tempoyak ikan patin ko."
 "Ooo!!" mulut teman-teman Santi menjawab dengan ucapan sama.
      Ada seorang teman yang mengamati momen makan siang mereka. Matanya bulat seperti duku, alisnya terangkat, rambutnya kaku, dikuncir dibelakang. Namanya Yeni, sambil menyeringai dia bilang, "Heleh .... masakan dusun! Apo enaknyo? Gak zaman! bekal tu yo stick, minimal sosis lah enak! Katanya sambil menunjukan bekalnya yang masih utuh."