Menjadi pribadi yang bahagia bukanlah hasil instan, melainkan buah dari kebiasaan yang dibangun terus-menerus. Beberapa kebiasaan yang terbukti dapat membantu kita menemukan damai dalam keseharian antara lain:
Bersyukur setiap hari. Cobalah menuliskan tiga hal yang Anda syukuri setiap malam sebelum tidur. Latihan ini sederhana, tapi sangat ampuh dalam menggeser fokus kita dari kekurangan ke kelimpahan.
Melatih kesadaran (mindfulness). Luangkan waktu untuk duduk diam, mengamati napas, dan menyadari apa yang Anda rasakan. Praktik ini membantu kita untuk lebih tenang dan tidak reaktif terhadap stres harian.
-
Berbuat baik. Menolong orang lain, sekecil apa pun, terbukti meningkatkan hormon kebahagiaan seperti serotonin dan oksitosin dalam tubuh.
Bergaul dengan orang yang positif. Lingkungan sangat memengaruhi suasana hati. Berkumpul dengan orang yang suportif dan penuh semangat akan memudahkan kita untuk tetap berpikir positif.
Menjaga kesehatan tubuh. Makan makanan bergizi, olahraga ringan, dan tidur cukup adalah fondasi penting untuk kebahagiaan jangka panjang.
Menghadapi Rasa Sedih dengan Bijak
Memilih bahagia bukan berarti menolak kesedihan. Sebaliknya, kita diundang untuk mengalami setiap emosi dengan jujur dan sehat. Ada saatnya kita merasa kecewa, marah, atau putus asa.
Itu wajar. Namun, yang penting adalah tidak tinggal terlalu lama dalam emosi negatif itu. Kita bisa belajar dari rasa sedih, tapi tidak membiarkannya menjadi identitas kita.
Mengakui emosi adalah bagian dari kedewasaan emosional. Namun, setelah itu, kita tetap memiliki kuasa untuk kembali memilih damai dan sukacita.
Penutup: Bahagia Itu Disengaja
Akhirnya, kita harus menerima bahwa bahagia tidak datang dari luar. Ia tidak bergantung pada keadaan, orang lain, atau pencapaian materi. Bahagia adalah hasil dari keputusan batiniah yang kita buat setiap hari.
Kita bisa memilih untuk bersyukur, untuk memaafkan, untuk melepas beban, untuk mencintai, dan untuk menikmati hidup ini---sekalipun tidak sempurna.