Mohon tunggu...
Lince Novertina Bawamenewi
Lince Novertina Bawamenewi Mohon Tunggu... Mahasiswa

Jadilah pribadi menurut versimu sendiri 👁☑️

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bahagia Itu Pilihan: Menemukan Damai dalam Keseharian

24 Juli 2025   16:36 Diperbarui: 24 Juli 2025   16:36 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Pixabay/aburak)

Di tengah dunia yang terus bergerak cepat, di mana tekanan hidup datang silih berganti dari tuntutan pekerjaan, dinamika relasi sosial, hingga pencarian makna hidup

kebahagiaan seringkali terasa seperti sesuatu yang sulit diraih. Kita terbiasa memandang kebahagiaan sebagai sesuatu yang bersyarat: baru bisa bahagia jika sudah sukses, jika sudah menikah, jika memiliki ini dan itu.

Namun, pernahkah kita berhenti sejenak dan merenungkan bahwa sesungguhnya bahagia adalah sebuah pilihan sadar yang bisa kita ambil setiap hari, terlepas dari kondisi di luar diri kita?

Bahagia Bukan Sekadar Emosi, Tapi Keputusan

Bahagia bukan sekadar perasaan yang muncul karena keadaan yang menyenangkan. Ia adalah keputusan untuk melihat hidup dari sudut pandang yang positif, untuk tetap bersyukur di tengah keterbatasan, dan untuk tetap mencintai hidup meski tidak sempurna.

 Hal ini ditegaskan oleh banyak ahli psikologi positif seperti Martin Seligman, yang menyatakan bahwa sebagian besar kebahagiaan seseorang ditentukan oleh bagaimana ia memilih untuk menanggapi hidupnya, bukan oleh kejadian-kejadian eksternal semata.

Kita tidak bisa selalu mengendalikan apa yang terjadi di luar diri kita. Dunia tidak pernah benar-benar tenang; akan selalu ada badai. Namun, kita bisa mengendalikan cara kita memandang badai itu.

Kita bisa memilih untuk tetap tenang, bersyukur, dan melangkah dengan damai.

Menemukan Damai dalam Hal-Hal Kecil

Kunci dari kebahagiaan yang sejati seringkali tersembunyi dalam momen-momen kecil yang kerap kita abaikan. Misalnya, secangkir kopi hangat di pagi hari, sapaan ramah dari rekan kerja, atau tawa anak-anak di sore hari.

Semua hal sederhana ini bisa menjadi sumber sukacita yang dalam jika kita memilih untuk benar-benar hadir dan mensyukurinya. Sayangnya, banyak orang terlalu sibuk mengejar pencapaian besar 

dan lupa bahwa hidup ini terdiri dari serpihan-serpihan kecil yang, bila dikumpulkan, membentuk mozaik kebahagiaan yang utuh. Dengan kata lain, kita bisa mulai bahagia hari ini, tanpa harus menunggu semuanya sempurna.

Membangun Kebiasaan Bahagia

Menjadi pribadi yang bahagia bukanlah hasil instan, melainkan buah dari kebiasaan yang dibangun terus-menerus. Beberapa kebiasaan yang terbukti dapat membantu kita menemukan damai dalam keseharian antara lain:

  1. Bersyukur setiap hari. Cobalah menuliskan tiga hal yang Anda syukuri setiap malam sebelum tidur. Latihan ini sederhana, tapi sangat ampuh dalam menggeser fokus kita dari kekurangan ke kelimpahan.

  2. Melatih kesadaran (mindfulness). Luangkan waktu untuk duduk diam, mengamati napas, dan menyadari apa yang Anda rasakan. Praktik ini membantu kita untuk lebih tenang dan tidak reaktif terhadap stres harian.

  3. Berbuat baik. Menolong orang lain, sekecil apa pun, terbukti meningkatkan hormon kebahagiaan seperti serotonin dan oksitosin dalam tubuh.

  4. Bergaul dengan orang yang positif. Lingkungan sangat memengaruhi suasana hati. Berkumpul dengan orang yang suportif dan penuh semangat akan memudahkan kita untuk tetap berpikir positif.

  5. Menjaga kesehatan tubuh. Makan makanan bergizi, olahraga ringan, dan tidur cukup adalah fondasi penting untuk kebahagiaan jangka panjang.

Menghadapi Rasa Sedih dengan Bijak

Memilih bahagia bukan berarti menolak kesedihan. Sebaliknya, kita diundang untuk mengalami setiap emosi dengan jujur dan sehat. Ada saatnya kita merasa kecewa, marah, atau putus asa.

Itu wajar. Namun, yang penting adalah tidak tinggal terlalu lama dalam emosi negatif itu. Kita bisa belajar dari rasa sedih, tapi tidak membiarkannya menjadi identitas kita.

Mengakui emosi adalah bagian dari kedewasaan emosional. Namun, setelah itu, kita tetap memiliki kuasa untuk kembali memilih damai dan sukacita.

Penutup: Bahagia Itu Disengaja

Akhirnya, kita harus menerima bahwa bahagia tidak datang dari luar. Ia tidak bergantung pada keadaan, orang lain, atau pencapaian materi. Bahagia adalah hasil dari keputusan batiniah yang kita buat setiap hari.

Kita bisa memilih untuk bersyukur, untuk memaafkan, untuk melepas beban, untuk mencintai, dan untuk menikmati hidup ini---sekalipun tidak sempurna.

Mari kita belajar untuk berkata: "Hari ini, aku memilih untuk bahagia." Bukan karena semuanya mudah, tapi karena aku percaya bahwa hidup layak untuk dinikmati, dan damai bisa ditemukan di tengah kesederhanaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun