Mohon tunggu...
Rumah Baca Taka Tana Tidung
Rumah Baca Taka Tana Tidung Mohon Tunggu... Taman bacaan Masyarakat

Berdiri sejak 2013 lalu dengan visi mencerdaskan kehidupan anak bangsa di wilayah pelosok kalimantan Utara. Dengan smangat itulah TBM Rumah Baca Taka tetap eksis hingga hari ini. Tepat usianya yang ke 10 tahun. TBM Rumah Baca Taka mencoba mengembangkan sayap hingga ke wilayah lainnya. Denga harapan semua wilayah fi kalimantan utara tersentuh oleh gerakan literasi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

di Utara Rumahku (Letter MA)

28 April 2025   07:13 Diperbarui: 28 April 2025   07:30 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbagai cerita sudah kita lewati, pahit manis dan senang dan fuka menjadi aroma sedap penghias masakan khas di rumahku. Aku semakin semnagt ni, jika berbicara makanan, sebab kami besar dan tumbuh diantara rumput dan anak kayu. Jadi, kalau berbicara tentang kenikmatan alam yang digunakan untuk ekbutuhan keluarga girang rasanya hati ini. Di utara kami biasanya masak sayur daun singkong atau dalam bahasa kami diutara daun Sabay. Cara masaknya juga unik sebab, daunya di tumbuk menjadi agak halus dan dicampur dengan jantung pisang kemudian ditumis, biasanya jika nelayan balik dari sungai mereka mencampurkan udang kedalamnya. Pasti udang kering dong yang paling nikmat. Ah...aku jadi ngiler dech. Udang galah yang menghiasai sungai kami diutara ini juga menjadoi andalan loh...bahkan udang kami ini diekspor keluar negeri tetangga. Tapi ada kesedihan saat ini jika kita bercerita tentang udang, sebab kerusakan hutan yang di lakukan oleh tangan-tangan besi membuat kepunahan habitatnya di sepanjang sungai Sesayap dan sungai Kayan.

Sehingga saat ini, kita akan sangat kesusahan untuk mencicip udang galah ini lagi. Lalu, ada makanan yang harus aku sampaikan di sini. Buah perenggat. Yaitu yang sering disebut masyarakatku di Utara, kalau ditempat lain buah ini disebut buah mangrove. Buah ini tak boleh ketinggal kalau kita berbicara makanan di rumah ku. Sebab ini merupakan makan kesukaan kami di utara ini. Selain rasanya yang asam dan berbiji ini menyimpan sejuta kenikmatan di dalamnya. Biasanya buah ini dijadikan asam sambel dan asam buat masak ikan dan udang dan masih banyak lagi makanan di utara ini. Di utara ini juga masih tersimpan sejuta sejarah dan tradisi, kalau berbicara budaya dan tradisi dirumahku ini juga punya cerita, di suku tidung jika ada kegiatan adat, biasanya dilakukan di tempat terbuka atau dipanggung dan yang menjadi andalan kami ketika ada acara adat biasanya kami melakukan tari japing massal dan kegiatan tradisi adat lainnya. Aku juga masih penasaran darimana adat ini bersal apakah dari luar atau memang hadir begitu saja di utara ini. Atau mungkindi pengaruhi oleh kerajaan melayu yang ada di kesultanan Bulongan ini.

Ini dilakukan oleh suku tidung pesisir, berbeda pula dengan suku dayak yang di pedalaman atau di daratan. Ketika acara adat tiba, mereka biasnaya melakukan acara di rumah panjang atau rumah adat dayak. Berbagai makan hidangan di sajikan, termasuk minuman pengasih yang merupakan minuman khas dayak di utara ini. Kemudian kita akan di perdengarkan dengan alunan suara Gong yang membela keheningan malam ketika dimainkan oleh tetua adat dayak. Ini menggambarkan akan kerukunan kami di utara ini. Rasa saling menghargai dan saling menghormati adat istiada dan satu suku dengan suku lainnya membuat kami dalam damai sehening pepohonan di malam hari. Ini bukan cerita belaka, banyak kabar memang yang sampai di luar sana tentang keganasan suku kami di utara ini. Itu bukan terjadi tanpa sebab dan alasan.

Banyak factor yang mempengaruhi hak tersbut, bias saja kami sudah muak dan bosan dengan tingkah laku kaum borjuis yang senaknya saja menjarah hasil hutan kami di utara, atau bias saj mereka mengusik kediaman kami hidup di utara ini. Ketika kita masuk kedalam sub suku dan kehidupan kami diutara. Akan ditemukan kedamaian dan rasa keluarga yang sangat erat antara sesame dan juga alam semesta di utara ini. Seakan-akan hari-hari yang kelam dimasa lampau akan hilang dan sirna ditelan kebahagian dan kesejukan alam hutan tropis kami di Utara ini. Bukan itu saja, jika kita sudah masuk kedalam kebiasaan masyarakat kami diutara. Kita akan mendapatkan perlakuan yang sama dalam kehidupan sosialnya. Itulah cerita di antara rumah dan hutan di utara. Lalu apakah ini mebuat kami terisolir atau ketinggalan, tidak kami saat ini sudah mulai mau dan berkembang mengikuti kemajuan teknologi. Dan kami akan terus berkembang mengcapai impian membangun rumah kami di utara.

Diutara ini tersimpan sejuta cerita, yang belum di ekspos keluar, semua masih tgersimpan rapi dan awet di tumpukan gunung batu dan hutan tropis yang di selimut dedauan dan lumut hijau sebagai penjaga keabadian. Ini bukan tak ditemukan tapi ini untuk menjaga keberlangsungan peninggalan nenek moyang kami diutara. Cerita ini bukan tidak mau di ekspos, hanya untuk menjaganya saja, agar tak lekang di hujan dan tak lapuk di hujan. Sebab, jika ini sirna dan hilang maka kehidupan dan rumah kami diutara juga akan sirna di telan masa.

Seperti tradisi kematian, tradisi perkawinan, tradisi pindah rumah, tradisi bercocok tanam, dan masih banyak lagi cerita unik lainnya. Inilah keunikan dari rumah kami diutara. Walaupun sering dilanda bencana alam yang dibuat oleh mereka, seperti banjir di sembakun, pencemaran sungai di hulu malinau, longsor di tambang batu bara, dan longsor di tambang emas tak menyurutkan semangat kami untuk terus bangkit. Sebab, kami masih in tetap hidup dan diam di Utara ini. Kami akn terus berupaya menjalankan semua kemampuan dan roda kehidupan kami guna keberlangsungan anak cucu kami kelak. Hanya pesan saja yang ingin kami sampaikan jangan rusak tanha kami dan hutan kami di Utara, sebab di sanalah tempat kami bernaung dan berteduh mencari sesuap nasi dan penghidupan. Kelak jika kami bias menjadikan semua ini abadi di antara cerita hikayat yang tersohor itu. Kami akan bahagia dialam sana kelak. Sebab melihat anak cucu kami bahagia. Kami memohon jagan rampas kehidupan kami. Sebab di utara ini Hutan dan sungai serta alam yang asri adalah kehidupan kami.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun