Ibu hanya akan lemah lunglai kalau gemerlap hidup di kota membuatmu terbius dan kehilangan pekerti yang selalu dipuji  orang sekampung.
Usia ibu mungkin tak terlalu lama lagi wahay anakku semata wayang. Tapi jangan pikirkan ibu mati tak kamu pandang dan tangisi. Di mana pun manusia bisa mati. Tanah berkubur tak beda dari ujung benua ke ujung benua. Ibu akan tetap hidup selama aku hidup dalam hatimu.
Di ujung tahun kesebelas kepergianmu ini, ibu hanya berserah harap kepada Yang Maha Agung di surga: kembalikan anakku di hadapanku, meski hanya satu hari saja. Bukan ibu menghadang kembaramu ke dunia mana pun ananda berlabuh. Ibu hanya rajin berdoa ananda tak larut usia berlupa kenang.
Karena rindu. Karena cinta. Karena takut kehilangan.
(Ujung senja,Tarutung berhujan 11 Oktober 18)