“Tapi, kenapa Silvi nggak bisa ketemu Opa Hilarius di rumah Bunda?”
Benar juga. Apa karena Opa Hilarius meninggal dengan tenang? Masih kurangkah perhatian dan kasih sayang Ayah Calvin hingga anggota keluarganya merasakan kematian tragis? Sepertinya tidak. Ayah Calvin merawat mereka dengan totalitas penuh. Sampai-sampai dia terpaksa mencampakkan Silvi dan Bunda Manda.
Makin ke dalam, tarikan energi makin kuat. Silvi dan Ayah Calvin menarik nafas berat tiap kali merasakan flashback tiap kejadian yang dialami makhluk astral penunggu White Mansion. Beberapa kali Silvi hampir dimasuki roh halus. Pertahanan anak itu cukup kuat hingga mereka gagal masuk.
Ayah Calvin berpikir-pikir. Mungkinkah rumah ini perlu dibersihkan? Maksud hati ingin membawa Silvi dan Bunda Manda tinggal di sini selamanya. Bagaimana Silvi bakal betah jika tempatnya angker begini?
Warna aura Silvi yang kuning kecoklatan menjadi magnet bagi penghuni dimensi lain untuk unjuk gigi. Pesona Silvi, ditambah kerinduan kuat pada Ayah Calvin, memaksa mereka hadir. Hanya Bunda Manda yang tidak terpapar efek kemunculan mereka.
“Kalian ini kenapa sih?” tuntutnya saat makan malam.
“Aku terjebak di antara klub indigo.”
Sajian chicken drumstik tak lagi nikmat. Porsi makanan yang cukup untuk lima orang terbuang percuma. Dua ART sigap membersihkan meja. Baik Silvi maupun Ayah Calvin tak menanggapi.
Usai makan malam, Ayah Calvin membawa Silvi ke kamar paling ujung. Silvi akan tidur di situ. Bunda Manda mantap menolak tidur bersama suaminya. Ia lebih memilih memakai kamar lain di lantai bawah. Praktis mereka bertiga tidur terpisah.
Tidur sendirian di kamar besar berenergi kuat sama seperti uji nyali dalam program acara Masih Dunia Lain. Silvi membolak-balik tubuh di ranjang besarnya. Terkadang ia menggigit guling, mendekap bantal, dan menarik selimut lebih rapat. Tak ada Ayah Calvin yang menemani. Tubuhnya kedinginan, meski AC diset pada kisaran 20.
Ketika ia hampir berhasil memejamkan mata...