Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Papa dan Ayah] Buku Best Seller

20 November 2019   06:00 Diperbarui: 20 November 2019   06:14 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkataan Catharina menohokku. Anak macam apa aku ini? Aku tidak tahu banyak tentang Ayah. Sedangkan Ayah, tahu semua tentangku. Ayah bahkan lebih memahamiku ketimbang Papa. Ayah tahu aku suka susu coklat. Makanya, tiap pagi dia membuatkannya untukku. Ayah tahu lily adalah bunga kesukaanku. Sering kutemukan sebuket lily dari Ayah bertengger manis di meja belajarku.

Kami sampai di food court. Catharina bertanya kenapa aku lebih pendiam dari sebelumnya. Kukatakan semuanya baik-baik saja. Kubiarkan ia memesan dua porsi nasi goreng, crepes vanilla, es krim strawberry, dan Thai tea. Gila juga anak itu. Hujan-hujan begini makan es krim.

Kulirik jendela food court. Hujan deras menerpa kaca jendela. Deru hujan membuatku rindu rumah. Aku ingin cepat pulang dan memeluk Ayah.

Baru saja piring nasi goreng kami tandas, Catharina ditelepon ibunya. Ia disuruh pulang. Katanya, ia diminta bantu-bantu persiapan Ibadat Syukur nanti malam. Kakak Catharina baru saja menyelesaikan kuliahnya.

"Silvi, nggak apa-apa kamu pulang sendiri?" Ia meyakinkanku, nadanya bersalah.

"Nggak masalah. Kamu pulang aja. Semoga lancar acaranya."

Ia meninggalkanku dengan menyesal. Kurogoh tasku. Saatnya menelepon seseorang.

**    

-Fragmen si kembar

Calvin mendesah tak kentara. Diremasnya kertas tebal berlogo rumah sakit. Hasil pemeriksaan yang buruk. Sampai kapan Mr. C memusuhinya?

Dokter Tian berkata meneguhkan. Dimintanya Calvin tetap bersemangat menjalani kombinasi kemoterapi, radiasi, dan terapi target. Untuk melakukan pembedahan sudah tak memungkinkan. Terlalu berisiko, mengingat besarnya ukuran tumor dan kondisi tubuh Calvin yang lemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun