Apa yang mereka tunggu datang juga.
Bintang jatuh!
"Ayah, make a wish!" seru Silvi tertahan.
Mata mereka terpejam. Silvi menangkupkan tangan di depan dada. Hatinya menggumamkan harapan. Di sampingnya, Calvin tenggelam dalam pusaran harapan terdalam.
"Aku ingin Ayah sembuh." Silvi berbisik lirih, amat lirih.
"Aku ingin bersama Silvi selamanya."
Keheningan lama berlalu. Mereka pun kembali membuka mata. Calvin dan Silvi saling pandang penuh arti.
"Apa harapannya?" tanya mereka bersamaan.
Lagi-lagi keduanya berpandangan, lalu tertawa. Calvin menepuk lembut telapak tangan Silvi.
"Kamu duluan. Ladies first." Calvin mempersilakan.
Alih-alih bicara, Silvi malah menggaruk rambutnya yang tak gatal. Calvin menatapnya, tercabik antara kepo dan geli.