Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Papa dan Ayah] Berat Meninggalkanmu Sendiri

18 November 2019   06:00 Diperbarui: 18 November 2019   06:05 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aneh, kenapa Frater Gabriel nampak bingung? Masa sih, dia seperti orang kena Mantra Confundus atau Jampi Memori di serial Harpot? Ah, entahlah. Aku tak sempat menjelaskan. Seorang kakak kelas menggiringku ke lapangan.

LKO dimulai. Pertama kami disuruh baris berbaris. Kami di-brieffing panitia selama sepuluh menit. Lalu, kami dibagi dalam lima kelompok. Aku sekelompok dengan si kembar Rossa dan Yasmin. Mereka dari kelas X MIA 3, persis di samping kelasku.

"Hai, Silvi. Seneng deh sekelompok sama kamu." Rossa menyapa dengan penuh semangat.

Tuluskah ucapannya? Mana kutahu. Aku hanya menanggapi dengan senyuman tipis. Bisa saja si kembar setinggi tiang listrik ini hanya bermanis-manis padaku, seperti rerata temanku yang lain.

Datanglah kakak-kakak alumni OSIS. Mereka bergiliran memberikan materi tentang keorganisasian. Kuduga momen LKO menjadi ajang temu kangen bagi mereka. Sepanjang sesi pematerian, Rossa dan Yasmin duduk di kanan-kiriku.

Kegiatan serasa lambat dan terstruktur. Pematerian, games, tes fisik, baris berbaris, pematerian lagi, dan seterusnya. Kami dilarang bermain smartphone. Saat makan siang tiba, kami diharuskan menghabiskan makanan dalam waktu lima menit.

"Sekarang...buka bekal kalian!" perintah Frater Gabriel.

Kubuka kotak bekal. Aroma beef teriyaki menguar. Aku terpana. Ayah mencetak nasi membentuk dua panda imut. Daun selada terhampar sebagai alas kotak. Potongan wortel, tomat, paprika, dan sosis berbentuk bintang.

"Wah, bentonya lucu. Siapa yang bikin? Ibu kamu ya?" ceplos Rossa.

Aku tertawa tertahan. Andai saja dia tahu, aku tak punya ibu. Tapi, Allah menggantinya dengan Ayah yang rupawan dan serba bisa.

"Kalian hanya punya waktu lima menit. Mulai dari...sekarang!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun