Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Melodi Silvi 2] Rumah Kenangan, Bahasa Cinta

14 Juli 2018   05:50 Diperbarui: 14 Juli 2018   06:53 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tidak, Calvin. Bisa kuhandel sendiri. Jangan khawatir."

Dua pasang mata beradu. Ketegaran terpancar kuat di mata Syifa. Kelembutan dan kebaikan hati Calvin pun tak sanggup menaklukkannya.

Sejak Adica meninggal, Syifa bertekad menjadi wanita tegar dan mandiri. Seakan dia tak butuh pria lagi dalam hidupnya. Semua masalah berupaya diatasinya sendiri. Puluhan lelaki kaya datang mendekat, menawarkan cinta. Tetapi semuanya Syifa tolak. Ibu muda dengan tiga orang putri itu bertahan pada prinsipnya: menjadikan Adica pria pertama dan terakhir yang boleh menikahinya.

"Ya sudah, aku tak bisa memaksamu. Itu pilihanmu. Tapi, aku akan selalu siap membantu bila kau membutuhkannya." kata Calvin akhirnya.

"Kau sudah sampai di rumah utama?" Syifa mengalihkan pembicaraan.

"Sepertinya aku tak perlu menjawab pertanyaanmu. Kau kan sudah tahu aku dimana."

**       

Kemacetan akhirnya terurai. Kendaraan-kendaraan bergerak lagi. Merayap sepelan kura-kura di ruas jalan raya. Calvin melajukan Nissan X-Trailnya. iPhonenya ia letakkan di atas dashboard. Meski dalam kondisi sakit, Calvin sudah lama tidak memakai supir pribadinya. Ia lebih memilih menyetir sendiri.

"Oh iya, bodoh sekali aku. Nanti aku menyusul ya. Aku juga ingin membantumu beres-beres."

Tak lama, video call berakhir. Calvin menghela nafas berat. Sedih mengingat dialognya dengan Syifa. Bisa ia rasakan ketegaran yang dipaksakan. Kerapuhan yang tertutupi. Ya Allah yang Maha Cinta, andai saja ia bisa membantu Syifa. Paling tidak membantu meringankan bebannya. Tetapi tak ada secelah pun kesempatan.

Calvin mengemudikan mobilnya dengan gundah. Tangan ini, ingin sekali ia gunakan untuk memeluk lembut Syifa. Mengusap air matanya. Mencegah agar kristal bening itu tak jatuh lagi. Andai saja tempat duduk kosong di sampingnya itu bisa ditempati wanita yang pernah ia lamar. Mungkin hidupnya takkan sesunyi ini.

Siapa yang mampu menolak pesona dan kebaikan hati Calvin Wan? Ternyata ada. Wanita tegar dan mandirilah yang menolaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun