Mohon tunggu...
Syaiful Rohman R
Syaiful Rohman R Mohon Tunggu... Guru - SMA Negeri 1 Sampang, Madura

Praktisi Pendidikan, Penulis, Penggiat Literasi, Pemerhati Lingkungan Hidup, Sosial Budaya, dan Kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Melodi Kenangan; Kisah Seorang Bapak yang Terngiang Lagu Religi

27 Maret 2024   06:06 Diperbarui: 24 April 2024   05:17 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Dalam gemuruh hening senja, di sebuah kota kecil di tengah pulau Madura, terdapat seorang bapak tua bernama Ahmad Fauzan. Wajahnya yang lelah, dengan kerutan-kerutan yang menceritakan kisah hidup panjang yang dipenuhi dengan liku-liku. Namun, di balik kelelahan itu, ada kehangatan dan kedalaman yang tak terucapkan.

Ahmad Fauzan adalah seorang bapak yang teguh iman, setia menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim. Meski usianya sudah menginjak kepala enam, semangatnya untuk beribadah tidak pernah luntur. Setiap pagi dan sore, dia selalu melangkah dengan langkah berat ke masjid terdekat, menunaikan shalat lima waktu.

Namun, di balik kehidupan yang sederhana itu, ada satu hal yang istimewa bagi Ahmad Fauzan: lagu-lagu religi. Setiap kali dia mendengar melodi-melodi yang mengalun, hatinya seperti terangkat dan terhanyut dalam kenangan yang mengalir deras.

Pada suatu sore yang damai, Ahmad Fauzan duduk di teras rumahnya, menatap langit yang mulai memerah. Dari kejauhan, terdengar suara merdu azan maghrib yang mengalun dari masjid. Tanpa disadari, itu adalah panggilan bagi Ahmad Fauzan untuk memasuki wilayah yang penuh dengan keheningan dan refleksi.

Namun, sebelum dia beranjak, tiba-tiba terdengar suara musik dari rumah sebelah yang mengalunkan sebuah lagu religi yang amat dikenal: "Surga di Telapak Kaki Ibu". Melodi yang lembut dan lirik yang menyentuh hati membuat Ahmad Fauzan terdiam sejenak. Matanya berkaca-kaca, membawa kembali kenangan manis tentang ibunya yang telah meninggalkan dunia ini beberapa tahun yang lalu.

Ahmad Fauzan teringat betul bagaimana ibunya selalu mengajarinya tentang kasih sayang, keikhlasan, dan keberkahan. Bagaimana dia selalu menemukan ketenangan di pangkuan ibunya, di antara lafazh-lafazh Al-Quran yang dilantunkan dengan lembut. Lagu ini membawa Ahmad Fauzan kembali ke masa lalu, menghidupkan kembali momen-momen indah bersama ibunya.

Sambil terhanyut dalam kenangan, Ahmad Fauzan tanpa sadar mulai mengalunkan lirik-lirik yang begitu dikenalnya. Suara lembutnya terbawa angin, menyatu dengan alunan lagu yang mengalun dari radio. Seolah-olah, saat itu, waktu berhenti berjalan dan Ahmad Fauzan terikat dalam perjumpaan spiritual dengan ibunya.

Malam pun turun, menyelimuti kota kecil itu dengan kerlap-kerlip bintang yang mempesona. Ahmad Fauzan masih duduk di teras rumahnya, tetapi hatinya telah menjelajahi masa lalu yang penuh kenangan. Melodi yang terngiang masih terus mengalun dalam pikirannya, mengiringi langkah-langkahnya menuju ke dalam rumah, membawa kenangan yang kembali menghidupkan semangat dan keberanian di hatinya.

Sejak itu, lagu religi tidak lagi hanya sekadar melodi yang didengar oleh Ahmad Fauzan. Setiap lirik, setiap nadanya membawa kembali kenangan-kenangan yang terpahat dalam ingatannya. Baginya, lagu-lagu tersebut adalah jendela yang membawa kembali cahaya kehidupan masa lalunya, memberinya kekuatan untuk menghadapi masa depan yang belum terungkapkan.

Dari kisah seorang bapak yang terngiang lagu religi, kita belajar bahwa kadang-kadang, dalam keramaian kehidupan ini, kita perlu berhenti sejenak dan merenung. Terkadang, melodi-melodi yang mengalun di antara keheningan senja adalah panggilan untuk kembali ke sumber kekuatan dan kedamaian yang telah kita temukan dalam perjalanan hidup kita. Seperti Ahmad Fauzan, kita juga bisa menemukan kilau cahaya di balik gemuruh kehidupan, asalkan kita membuka hati untuk menerimanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun