Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Saya Temani Kamu, Selama Sisa Hidup

27 Februari 2018   06:00 Diperbarui: 27 Februari 2018   18:06 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku takkan pulang sampai perasaanmu lebih baik."

Jawaban Silvi disambuti desahan kesal Silvi. Dibantingnya berkas-berkas ke meja kerja. Kilat kemarahan menyala di matanya.

"Perasaanku takkan membaik sampai kakakmu yang bodoh itu datang meminta maaf!" serunya marah.

Ruang kerja di lantai dua butik megah itu senyap. Hanya desis air conditioner yang terdengar. Syifa mengamati Silvi dari ekor matanya. Hatinya sedih. Apa pun yang dilakukan Calvin, nampaknya tak pernah mengena di hati Silvi.

"Kakakku sangat mencintaimu, Silvi." desis Syifa.

"Itu menurutmu. Pria mana yang mempermalukan wanita yang dicintainya di depan para pengusaha? Kurasa dia hanya ingin mempermainkanku." Silvi membantah ucapan Syifa.

Gadis bergaun hitam itu mengacak-acak meja kerjanya. Menarik lepas kunciran rambutnya. Ia belum berganti pakaian sejak tadi siang. Mood-nya hancur.

"Oh Silvi...please stop it. Kau memberantaki meja kerja dan rambutmu. Sini aku kuncirkan lagi rambutmu."

Bujukan Syifa tak digubrisnya. Dalam hati Silvi mulai kesal dan bertanya-tanya. Kakak-beradik sama saja. Sok lembut, sok alim dari luar. Padahal, di dalamnya entah munafik atau tidak.

"Kenapa kamu mau menemaniku? Pulanglah, Syifa. Bukankah besok kamu harus ke airport pagi-pagi?" usir Silvi.

"Nope. Kalau perlu, malam ini aku menginap saja. Urusan perjalanan bisnis ke Aussie gampang." sahut Syifa singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun