Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kelopak Bunga yang Belum Mekar (2)

12 Desember 2017   06:17 Diperbarui: 12 Desember 2017   07:36 1151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lalu Rossie? Dimanakah wanita cantik berambut panjang itu? Pagi-pagi sekali ia sudah meninggalkan rumah. Sibuk mengurus bisnisnya. Tak sedikit pun peduli pada Calvin. Mengabaikan roti berlapis selai, apel Granny, dan susu low fat yang tersedia di meja makan. Andai saja Rossie tahu. Set menu sarapan itu sengaja disiapkan Calvin untuknya. Hanya untuknya. Sayangnya, menu itu tak tersentuh.

Kini Calvin berbaring sendirian di kamarnya. Kamar tidur mewah bernuansa off white. Lengkap dengan ranjang king size, permadani tebal, sofa empuk, televisi plasma, air conditioner, grand piano, printer, scanner, dan perangkat komputer. Sendiri, menikmati sepi dan rasa sakitnya.

Dalam keadaan sakit, tetap saja dia memikirkan Rossie. Istri cantiknya itu terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. Lupa waktu, lupa pada rumah dan keluarrganya. Tak masalah bagi Calvin saat Rossie melupakan dirinya. Yang ia takutkan, Rossie melupakan kesehatannya sendiri. Seorang surviver kanker tidak boleh begitu.

Terlintas sebuah ide. Calvin mengontak salah satu asistennya di kantor. Menyebutkan tentang lunchbox, video musik, dan waktu.

"Pastikan Rossie menghabiskan makan siangnya," Calvin mengakhiri, tenang tetapi tegas.

Sesaat kemudian Calvin turun dari tempat tidurnya. Beranjak mendekati grand piano. Memainkan instrumen musik itu, lalu menyanyi. Sudah lama ia tak menyanyikan lagu untuk Rossie. Bukankah Rossie suka pria yang bisa bernyanyi?

**      

Sebuah kotak putih dibukanya. Sejenak terkesima menatapi set menu makanan favoritnya. Siapa yang mengirimkannya? Jelas-jelas bukan dia yang memesannya sendiri, sebab sudah terlintas rencana untuk makan siang dengan seseorang.

Sebentuk kartu kecil dan sebuah iPod tergeletak manis di pinggir kotak. Ia mengambil dua benda mungil itu. Tulisan tangan sangat rapi yang dikenalnya. Meski tak ada nama, meski tak menunjukkan identitas.

Lagu yang diperdengarkan dari iPod memperjelas segalanya. Mata hitam nan bening milik wanita itu melebar. Bergetar hatinya mendengar alunan piano itu, suara bass itu. Tak salah lagi. Pastilah suami super tampannya. Pasangan surviver kankernya.

Kasih sudah kuakui

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun