Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kelopak Bunga yang Belum Mekar (2)

12 Desember 2017   06:17 Diperbarui: 12 Desember 2017   07:36 1151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Adica menghela napas berat. Tak mengerti jalan pikiran kakaknya.

"Buat apa menikahi perempuan tak berguna itu? Dia tak bisa apa-apa, Calvin. Tidak bisa melayanimu, merawatmu, apa lagi mencintaimu. Dia..."

"Cukup, Adica. Rossie wanita baik. Aku bersyukur menikahinya. Dan jangan sebut dia perempuan. Dia wanita, bukan perempuan." Calvin menyela halus.

"Whateverlah. Yang jelas, dia sudah keterlaluan."

Hening sesaat. Sejurus kemudian Adica mulai memeriksa Calvin. Sorot kekhawatiran terpancar kian jelas di matanya.

"Tekanan darahmu turun. Hasil kemo terakhir kurang optimal kan? Well, sekarang kanker itu menyebar ke syaraf mata. Bagaimana matamu?"

"Sedikit sakit. Tapi tidak apa-apa. Aku lebih mengkhawatirkan kadar HB, Leukosit, dan Trombositku."

"Persis. Itu juga yang kukhawatirkan."

Mereka bertukar pandang cemas. Adica mulai memeriksa mata Calvin. Satu tangannya yang lain mengusap bekas darah di bawah hidung dan dagunya.

"Matamu merah. Kamu kenapa?"

"Tidak apa-apa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun