Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata Pengganti, Pembuka Hati (9)

23 Oktober 2017   06:19 Diperbarui: 23 Oktober 2017   07:11 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun bila saat berpisah telah tiba

Izinkan ku menjaga dirimu

Berdua menikmati pelukan di ujung waktu

Sudilah kautemani diriku (Payung Teduh-Akad).

**     

Acara gathering para blogger terus berlangsung. Makin semarak, makin banyak blogger yang berdatangan. Mulai dari blogger-blogger muda yang menobatkan diri sampai generasi milenial, sampai blogger senior yang mengaku sebagai generasi X. Semuanya berkumpul di venue. Berkenalan, berbincang, dan bertukar pikiran.


Kecuali sepasang lelaki dan perempuan di kursi rotan itu. Si lelaki Tionghoa berwajah tampan dan perempuan blasteran Sunda-Inggris berpakaian putih dan bermata biru. Sejak awal, mata si perempuan tak berpindah sedikit pun dari wajah laki-laki di sisinya. Merasakan ketampanan dan kebaikan hatinya. Bukan ketampanan dari luar yang ia perhatikan, melainkan ketampanan yang terpancar dari dalam.

"Silvi, matamu masih sakit?"

"Sudah berkurang. Maaf Calvin, aku masih membutuhkan tanganmu."

Tidak, Calvin takkan melepasnya. Ia tahu Silvi butuh kekuatan. Genggaman tangan dari orang yang tulus dan penuh kasih dapat menguatkan.

Cukup banyak blogger yang lewat di depan mereka. Berhenti sebentar untuk bersalaman dan berkenalan. Calvin tetap ramah, sedangkan Silvi setengah hati merespon mereka. Ia tak mudah terbuka pada orang lain. Hanya pada Calvin saja ia mau membuka diri. Menatap para blogger itu saja ia enggan. Tatapannya selalu dan hanya selalu tertuju pada Calvin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun