Mohon tunggu...
LangitBiru
LangitBiru Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa

POST-STRUCTURISM

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sekantong Rindu untuk Viana I

3 Juli 2020   19:16 Diperbarui: 3 Juli 2020   19:14 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rindu yang mengambang bebas
Melayang tiada yang empunya
Ellanor mengambil sekantong rindu
Setelah itu orang-orang sekitar merasa geram, rindu-rindu tak lagi utuh di angkasa.

Ellanor bergegas pergi, menghindari tangkapan pemburu rindu yang menggebu
Ia berlari diantara kedai-kedai kopi di sepanjang jalan Hamangkubumi.
Ia mencuri setiap aroma-aroma nya dan menyimpannya dalam kenangan langkahnya. Pemburu rindu sesekali nyaris menangkapnya, tapi aroma kopi itu jelas mengalihkan hasrat untuk merebut kantong rindu yang lari dengan Ellanor.

Ellanor bersembunyi di suatu titik sudut dimana aroma kopi terbaik yang diseduh dengan rasa. Sesekali ia melihat kantong rindunya, masih ada. Merogoh-rogoh ingatan dalam pahitnya kopi Viana. Ia semakin tersudut dengan megahnya karung-karung kopi bak tertidur di pantai kapuk Srikandi.

Beberapa menit ia habiskan mengenang aroma kopi itu hingga ia dengan samar-samar mencium wangi penyeduh kopi yang khas manis kurma. Ia mengenal betul aroma tubuh itu, membuatnya berhenti mengenang pahitnya kopi

...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun