Sebuah lubang pintu kecil di antara bebatuan berbentuk bangun bergaya khas Romawi dan Bizantium masa lampau, menyimpan kisah keabadian. Di dalam goa kecil sunyi yang terjaga waktu, pemuda Ashabul Kahfi pernah berbaring di sini. Bukan dalam kematian, tapi dalam tidur panjang yang melintasi tiga abad, dijaga oleh Penguasa Alam Semesta, Allah Azza wa Jalla, meskipun eksistensinya sempat dilupakan oleh zaman.
Di depan mulut gua itu, diri ini membayangkan langkah kaki mereka yang gemetar namun teguh. Mereka melarikan diri dari kemurkaan Penguasa yang zalim, bukan karena lemah, tapi karena terlalu kuat untuk tunduk pada tirani. Di tengah ancaman kekuasaan yang memaksa tunduk pada berhala dan penyembahan pada manusia, mereka memilih keheningan gua sebagai benteng keyakinan kepada Illahi. Bukan revolusi bersenjata yang mereka bawa, tapi iman yang mengakar dalam sanubari. Perlawan mereka sunyi, namun teguh seperti batu Cadas.
Ashabul Kahfi Bukti Kekuatan Iman Kepada IllahiÂ
Sebuah desa kecil bernama Al-Rajib, juga dikenal sebagai Ar-Raqim, diselatan kota Amman,Yordania, sekitar 7 Km dari pusat kota, menjadi titik lokasi dimana Ashabul Kahfi berada. Sebuah tempat dimana kekuatan iman kepada Illahi menjadi jejak sejarah hingga kini. Bukti arkeologi mendukung bahwa tempat ini pernah dihuni dan digunakan sebagai pemakaman Kristen awal.
Secara topografi, gua ashabul kahfi terletak di sebuah bukit batu yang menghadap ke arah matahari terbit. Hal ini sesuai dengan petunjuk dalam Al-Qur'an (QS. Surat 18, Al-Kahfi ayat 17), di mana cahaya matahari menyinari bagian depan gua pada pagi hari dan bergeser menjauh saat sore. "Dan engkau akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka kesebelah kanan, dan apabila matahari itu terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas di dalam (gua) itu. Itulah Sebagian dari tanda-tanda (Kebesaran) Allah...."
Walau ada beberapa tempat di dunia mengklaim diri sebagai Ashabul Kahfi, semisal di Turky. Tepatnya di Efesus, dekat kota Izmir. Lokasi ini dalam tradisi Kristen dikenal sebagai tempat "Seven Sleepers of Ephesus" Berada di gunung dekat kota tua Efesus. Secara historis tempat ini menarik, karena terdapat peninggalan gereja dan makam kuno.
Masih di Turki, tepatnya di kota Tarsus. Ada sebuah gua yang juga diklaim sebagai Ashabul Kahfi. Dengan bukti tanda-tanda kuno dan digunakan sebagai tempat ziarah. Sementara di kota Panjshir, Afganistan, penduduk setempat mengklaim sebuah gua di pegunungan Panjshir merupakan tempat Ashabuil Kahfi, walau tidak ada bukti arkeologi yang kuat. Ini hanyalah kisah yang hidup sebagai legenda lokal.
Sementara di Hadramaut, Yaman, dalam tradisi tertentu ada sebuah gua yang dikaitkan dengan Ashabul Kahfi. Walau Lokasi ini kurang dikenal dan sangat minim dari penelitian akademik. Sama halnya di Syam, Suriah bagian Selatan yang dikenal dengan Lebanon. Beberapa ulama klasik menyebut keberadaan gua Ashabul Kahfi di sana, namun tidak ada satu Lokasi pasti yang disepakati.
 Satu-satunya tempat yang banyak diakui oleh para ulama dengan berlandaskan Al Quran dan dukungan temuan penelitian arkeologi, adalah Gua Ashabul Kahfi yang berada di Al-Rajib (Ar-Raqim), di kawasan Abu Landa, sebuah daerah di pingguran kota yang tenang dan jauh dari hiruk pikuk kota, Amman, Yordania.  Yang di atasnya masih tersisa bekas masjid tempat ibadah, seperti dijelaskan dalam Q.S.18:21-Al Kahf, ayat 21; "...Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka. Orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata, "Kami pasti akan mendirikan sebuah rumah ibadah di atasnya."
 Butuh sekitar 25 s.d. 30 menit dari kota Amman menuju Ashabul Kahfi bila menggunakan kendaraan pribadi atau taksi. Biasanya rute yang digunakan mmelalui jalan menuju Sabah. Posisi gua ada di sisi kanan setelah melewati komplek masjid barid I des Al-Rajib.
Kisah Singkat Sekelompok Pemuda Ashabul Kahfi
Adalah Tamlikha, Miksalmina, Mikhaslimina, Martelius, Casitius dan Sidemius sekelompok pemuda yang menyembunyikan keimanannya untuk menghindari kekejaman dan kekafiran Raja Dikyanus yang menganggap dirinya Tuhan, dan meminta semua orang untuk menyembahnya. Juga penyembahan pada berhala. Pemuda-pemuda ini adalah para penasehat raja yang dengan nya raja berdiskusi untuk  mengambil sebuah Keputusan.
Mereka lebih memilih meninggalkan kehidupan mewah di istana kerajaan daripada harus menggadaikan keimanannya kepada Allah. Maka, pergilah mereka keluar istana secara sembunyi-sembunyi. Di tengah perjalanan mereka bertemu pengembala yang memiliki seekor anjing. Karena memiliki keimanan yang sama maka sang pengembala bersama anjingnya sepakat mengikuti perjalanan sekelompok pemuda tersebut.