Mohon tunggu...
Kusworo
Kusworo Mohon Tunggu... Penjelajah Bumi Allah Azza wa Jalla Yang Maha Luas Dan Indah

Pecinta Dan Penikmat Perjalanan Sambil Mentafakuri Alam Ciptaan Allah Swt

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadikan Indonesia (Yogyakarta Khususnya) sebagai Tujuan Wisata Dunia

17 Agustus 2022   05:00 Diperbarui: 17 Agustus 2022   12:08 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gusti Kanjeng Ratu Hemas Menjadi Keynote Speaker Sekaligus Membuka Sarasehan Budaya & Pariwisata Di Hotel Tasneem Yogyakarta | Dok. Pribadi

 

“Indonesia,Yogyakarta khususnya harus merubah Mindset untuk mengemas Pariwisata nya, sehingga menarik di mata turis dunia. Merubah pola pikir dalam memahami apa yang menjadi harapan wisatawan dunia namun  tetap berpijak pada DNA Pariwisata Indonesia, (Yogyakarta Khususnya) yang bersifat unik dan beragam dan terus menggali keunikan budayanya untuk diceritakan pada turis dunia bahwa Indonesia (Yogyakarta khususnya) sangat layak menjadi tujuan destinasi Wisata Dunia.

Inilah rangkuman hasil Sarasehan - Geliat Masa Depan Kebudayaan Dan Kepariwisataan di Indonesia Pasca Pandemi - yang dimoderatori Dr.dr. Ulla Nuchrawaty M.M. Menghadirkan Keynote Speaker Gusti Kanjeng Ratu Hemas serta Narasumber : Dr. Drs. H. Agus Rochiyardi, M.M. Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Otarita Borobudur; Prof. Ir. Wiendu Nuryati, M.Arch. Ph.D Tokoh Nasional dan Budayawan- Tokoh Nasional M.H. Ainun Nadjib ”

Sore itu, 6 Agustus 2022, Ruang Ballroom Hotel Tasneem Yogyakarta  mulai dipadati undangan. Panitia berseragam hitam, dengan selendang berornamen motif dominan warna kuning terlihat ramah menyambut para undangan. Menyambut mereka di meja tamu, meregistrasi dan memberikan bingkisan kenang-kenangan sebagai ungkapan terima kasih atas kehadirannya. Lalu seseorang mengantarnya masuk ke dalam ruangan.

Di dalam ballroom terlihat kursi dan meja undangan disusun rapih dalam bentuk roundtable. Ada sekitar 35 meja bulat dan 250 kursi disiapkan. Di bagian belakang ruangan ditempatkan beberapa gubugan makanan dan minuman untuk suguhan para peserta serasehan.

Di depan Ballroom terdapat sebuah panggung permanen besar. Dindingnya berhias Banner Backdrop dengan dasar Merah Putih. Membentuk ornament ombak dari bendera kebangsaan Indonesia yang sedang berkibar. Dihiasi dengan gambar Hanoman putih besar yang sedang beraksi dalam posisi duduk pada kedua kakinya. Sementara di sisi sudut kiri, terlihat gambar Rama dan Sinta yang tampil dengan anggun.

Beberapa identitas institusi perusahaan yang mendukung suksesnya acara Sarasehan terlihat melengkapi Backdoop yang tampil Full mendominasi dinding. Terlihat jelas tema Sarasehan kali ini, yaitu; “Geliat Masa Depan Kebudayaan Dan Kepariwisataan di Indonesia Pasca Pandemi”

Tiga buah ornamen gunungan wayang berwarna emas yang belakangnya dihiasi pohon bambu menjadi hiasan. Menyemarakan tampilan panggung. Di bagian depan panggung, hiasan indoor landscape terlihat menghiasi wajah panggung dan dua sisi kiri-kanan anak tangga yang ada. Sebuah gerabah guci besar berdekorasi bunga putih terlihat di sudut kiri ruang. Sebuah potongan pohon bambu besar menjadi isinya.

Pada bagian tengah panggung digelar karpet merah dengan lima kursi bergaya Betawi dan sebuah meja Panjang. Menjadi tempat Narasumber, Keynote Speaker dan Moderator duduk mengisi acara Sarasehan. Sementara sisi kirinya terdapat sebuah podium dengan single micropon.

Ballroom Tasneem Hotel & Convention Yogyakarta Tempat Berlangsungnya Sarasehan Budaya & Pariwisata | Dok. Pribadi
Ballroom Tasneem Hotel & Convention Yogyakarta Tempat Berlangsungnya Sarasehan Budaya & Pariwisata | Dok. Pribadi

Saat M.H. Ainun Nadjib, Budayawan dan Tokoh Nasional datang, Beliau tidak langsung menuju Ballroom. Beliau singgah di Etnik Kafe menanti Narasumber lain hadir. Sementara Gusti Kanjeng Ratu Hemas, saat tiba di lokasi langsung bertemu Dr.dr. Ulla Nuchrawaty, M.M. Komisaris Utama Mandira Baruga. Lalu meninjau pameran UMKM di Ayodya Garden dan melihat Lomba Tari Konversi Ramayana, di Purawisata Amphitheater.

Narasumber lain, Dr. Drs. H. Agus Rochiyardi, M.M. Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Otarita Borobudur dan Prof. Ir. Wiendu Nuryati, Ph.D, Tokoh Nasional saat tiba di lokasi, langsung menuju Ballroom Hotel Tasneem, tempat akan dilaksanakannya Sarasehan.

Pukul 16.00 Sarasehan pun dimulai. Diawali dengan penampilan Tarian Gatotkaca (Gandrung) Pergiwa. Mengkisahnya jatuh cintanya Gatotkaca dengan Dewi Pergiwa yang cantik. Gatotkaca Putra Bimasena terkenal gagah perkasa, kuat, tegas dan keras dengan julukan “otot kawat balung besi”. Namun saat jatuh cinta pada Dewi Pergiwa memperlihatkan sisi kelembutan hati, sikap dan tingkah lakunya. Tarian yang berdurasi kurang dari 15 menit ini begitu memikat semua peserta Sarasehan, termasuk Para Narasumber yang menyaksikannya.

Tarian Gatotkaca Gandrung Pergiwa Membuka Acara Sarasehan Budaya & Pariwisata | Dok. Pribadi
Tarian Gatotkaca Gandrung Pergiwa Membuka Acara Sarasehan Budaya & Pariwisata | Dok. Pribadi

Gusti Kanjeng Ratu Hemas, sebagai Keynote Speaker menekankan pentingnya sebuah bangsa menjaga kebudayaannya. “Budaya itu adalah kekuatan sebuah bangsa. Kalau orang sudah meninggalkan budayanya berarti sudah meninggalkan bangsanya” demikian penegasan GKR Hemas.

Beliau juga mengapresiasi para pegiat wisata, seniman dan budayawan yang terus berupaya menarik wisatawan untuk berkunjung ke Yogyakarta. Dengan dukungan Dinas Pariwisata Propinsi D.I.Yogyakarta GKR Hemas berharap agar terus ada peningkatan kualitas pegiat wisata dan budaya di Yogyakarta.

GKR Hemas juga mengapresiasi pentas seni budaya, sarasehan dan kegiatan budaya yang terus dilakukan oleh manajemen Kawasan Wisata Budaya Mandira Baruga yang dipimpin oleh Dr.dr. Ulla Nurachwaty M.M. untuk memajukan kepariwisataan di Yogyakarta. Kehadiran Beliau dalam sarasehan ini selain sebagai Keynote Speaker juga di mohon dengan hormat oleh Ibu Ulla Nuchrawaty sebagai moderator untuk membuka acara sarasehan yang akan dipandunya. Kehadiran GKR Hemas mendapat apresiasi luar biasa dari semua peserta sarasehan. Kehadirannya memberi “marwah” tersendiri bagi semua pemerhati, pendukung, pelaku dan pegiat pariwisata di D.I. Yogyakarta yang hadir di Sarasehan ini.

Dr. Drs. H. Agus Rochiyardi, M.M. Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Otarita Borobudur, mewakili Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bapak Sandiaga S.Uno yang berhalangan hadir sebagai Narasumber, memulai uraiannya dengan sebuah pantun.

“Pergi ke Yogya membeli beskap. (yang dibalas peserta dengan seruan… Cakeep). Beskapnya bagus dijahit dari bahan pilihan. Jika ingin mencari destinasi wisata yang lengkap. Tentu kota Jogyakarta yang menjadi andalan”

Dalam uraiannya, Agus Rochiyardi menegaskan bahwa Indonesia pada tahun 2019 baru mengambil porsi 1,5 %, yaitu 16,5 juta wisatawan dari pasar wisata dunia yang ada, yaitu sebesar 1,5 miliar wisatawan. Francis, China, Amerika Serikat, Spanyol dan Italia adalah lima negara yang mengambil pasar wisatawan terbesar dunia. Dengan rata-rata kunjungan diatas 50 juta wisatawan per tahunnya. Francis misalnya, sudah mengambil porsi hingga 90 juta wisatawan per tahun. Sementara Spanyol mencapai 80 juta wisatawan per tahun.

Indonesia memiliki tempat wisata yang indah luar biasa tersebar dari Sabang hingga Maroke. Namun belum mampu mengangkat volume wisatawan dunia untuk hadir di Indonesia. Hambatan utama adalah aksesibilitas menuju tempat wisata di Indonesia. Sehingga Presiden Jokowi menekankan agar masalah ini segera dapat diatasi dan ditingkatkan.

Yogya sebagai tempat tujuan wisata banyak memiliki keunggulan dengan tempat wisata lain. Alamnya yang indah, Budaya yang luar biasa, Kota Pendidikan dan memiliki banyak conten creatif. Sudah banyak “happening” yang sekarang menjadi incaran wisatawan seluruh Indonesia yang tersedia di Jogyakarta. Kemudahan lain adalah akses menuju kota Jogya dari hampir seluruh kota di Jawa yang lebih mudah sejak dibukanya jalur Toll trans Jawa dan Yogyakarta Internasional Airport.

Uraian singat dan padat yang menjadi pemantik agar peserta Sarasehan “terangsang” untuk menanggapinya, seperti yang diungkapkan moderator Ulla Nuchrawaty.

Para Narasumber dan Moderator Di sarasehan Budaya & Pariwisata-Yogyakarta | Dok. Pribadi
Para Narasumber dan Moderator Di sarasehan Budaya & Pariwisata-Yogyakarta | Dok. Pribadi

Prof. Ir. Wiendu Nuryati, M.Arch. Ph.D, Tokoh Nasional yang telah menerima penghargaan Satya Lencana Kebudayaan Pemerintah RI pada Kabinet Indonesia Bersatu, menyampaikan uraiannya tentang Geliat Masa Depan Kebudayaan Dan Kepariwisataan di Indonesia Pasca Pandemi” dalam saresehan ini dengan menyatakan bahwa Sarasehan ini sebuah prakarsa yang hebat seakan Jogya sudah bangit kembali. Beliau memberi apresiasi kepada Dr.dr. Ulla Nuchrawaty yang memimpin team di Mandira Baruga dengan membangkitan “Culture Park” di Yogyakarta.

Menurutnya, Yogya tidak bergantung pada wisatawan mancanegara seperti halnya Bali. Sehingga pada masa Pandemi kondisi Yogya jauh lebih baik. Yogya secara potensi tidak berdiri pada satu kaki, karena masih banyak aspek ekonomi masyarakat yang terus menggeliat. Didukung kondisi kotanya sebagai kota Pendidikan; ekonomi di sektor ini terus berjalan walau tidak dalam kondisi normal. Sementara turis domestik juga tetap selalu ada walau jumlahnya tak terlalu banyak seperti kondisi sebelum Pandemi.

Secara statistik, geliat ekonomi pariwisatan (wisman) di Indonesia kini sudah mencapai 2.000%. Namun kondisi ini belum diikuti oleh bentuk pelayanan di semua sektor dalam menghadapi serbuan wisatawan. Karenanya perlu peran pemerintah pusat untuk lebih maksimal untuk mengatasi dan melayaninya.

Intinya, menurut Beliau, “Bila jantung pergerakan pembangunan kemajuan, kesejahteraan pusatnya ada di Ibu kota; monggo ibu kotanya di Jakarta atau di Kalimantan, tapi bila soal seni dan budaya, ibu kotanya adalah Yogyakarta”. Yang langsung dismbut tepuk tangan meriah semua peserta sarasehan

Prof. Wiendu juga mengharapkan agar Manajemen Mandira Baruga terus menjalin kemitraan dengan  UMKM untuk mampu mewujud Mandira Baruga sebagai “Culture park” bagi wisatawan. “Sehingga rasanya kunjungan ke Yogyakarya  belum lengkap atau belum komplit bila belum berkunjung ke Mandira Baruga”. Ujarnya.

Harapan lain yang disampaikan Prof. Wiendu adalah, penyambungan Malioboro dengan Kawasan Wisata Mandira Baruga. Berupa pembangunan jalan Pedestarian dari Malioboro ke Kawasan Wisata Budaya Terpadu Mandira Baruga. Sebuah Ide cemerlang untuk membuat keterpaduan destinasi di Yogyakarta.

Event-event yang di create sebagai treger bangkitnya pariwisata di Yogyakarya juga sangat diperlukan. Alhamdulillah Yogyakarta terpilih sebagai tuan rumah Asian Tourism Forum-ATF pada Januari 2023.

20 tahun yang lalu Jogya juga telah menjadi tuan Rumah ATF (Asien Tourism Forum) yang saat itu dicibir banyak negara, karena tidak punya International Airport dan Ruang Pameran besar-Expo. Sehingga Prof.Ir Wiendu Nuryati dan 9 orang lainnya menghadap Sultan dan para pemangku jabatan untuk bisa merealisasikan Jogyakarta International Airpor dan  JEC (Jogya Expo Center) yang alhamdulillah sekarang keduanya sudah terwujud.

Dalam akhir uraiannya Beliau menghimbau kepada semua pelagiat Pariwisata di D.I.Yogyakarta untuk memanfaatkan Asian Tourism Forum ini sebagai sarana peningkatkan penjualan produk-produk pariwisata I Yogyakarta.

M.H. Ainun Nadjib Atau Cak Nun Narasumber Sarasehan Budaya & Pariwisata | Dok. Pribadi 
M.H. Ainun Nadjib Atau Cak Nun Narasumber Sarasehan Budaya & Pariwisata | Dok. Pribadi 

Lain halnya dengan M.H. Ainun Nadjib, Budayawan dan tokoh nasional yang kiprahnya sebagai tokoh bangsa sudah diakui. Dalam sarasehan ini beliau memaparkan konsep ketauhidan yang dikaitkan dengan eksistensi benda-benda peninggalan sejarah budaya yang akrab dengan dunia pariwisata di Yogyakarta. Yaitu Borobudur dan Prambanan.

Mencoba mengajak peserta Sarasehan memahami konsep Brahmana-Kesatria dan Sudra dalam tata kehidupan masyarakat terkait dengan dunia pariwisata. Dan juga pola berfikir (mindset) turis mancanegara dan masyarakat Indonesia dalam konteks wisatawan yang berkunjung ke Indonesia, khususnya Yogyakarta.

Menurut Cak Nun, cara berfikir para turis mancanegara bisa dianalogikan sebagai cara perfikir kaum Sudra, yang lebih banyak memikirkankan hal keduniawian. Senang terhadap keindahan dunia, harta benda, kemegahan, kekuatan dan hal-hal lain yang bersifat duniawi.

Di dalam kehidupan masyarakat sudra, ada para Kesatria yang mengatur kaum sudra untuk dapat naik tingkat pemahamnnya pada tingkat ke-Brahmana-an. Dengan konsep hidup bersifat Ketuhanan, Kebijaksanaan hidup, sederhana dan kebersamaan.

Sementara itu banyak peninggalan sejarah budaya sebagai objek pariwisata di Indonesia, Yogyakarta khususnya bersifat ke-Brahmana-an, kerohanian. Yang secara kebudayaan juga mempengaruhi pola berfikir masyarakatnya.

Sehingga menurut Cak Nun, perbedaan yang mendasar Indonesia dengan 5 Negara yang menjadi negara tujuan wisata dunia adalah mereka berorientasi pada konsep Keduniaan, yaitu kosep Sudra yang dominasinya adalah kekuasaan, harta, benda, kekuatan, dominasi, yang melahirkan penindasan penjajah. Sementara bahan Pariwisata di Indonesia bersifat Rohani, berkonsep Brahmana. Sehingga bila kita ingin menarik wisatawan dunia barat, maka kita harus mengkemas pawisata kita dari konsep Brahmana ke Sudra.(Mindset). Perlu sedikit perubahan mineset untuk melayani turis mancanegara.

Cak Nun juga menekankan bahwa rakyat Indonesia sangat Tangguh (Super power), sangat mandiri dan tidak banyak tergantung pada pemerintah. Sehingga bisa lebih mudah menghadapi segala permasalahan hidup.

Lebih jauh lagi Cak Nun menekankan bahwa Budaya adalah proses pemaknaan. "Budaya adalah dinamika pemaknaan yang hidup dalam pikiran dan hati manusia. Semakin mendalam dan meningginya pemaknaan sesuatu, maka budaya itu semakin tinggi" Ujarnya.

Narasumber, Moderator, Panitia Dan Pendukung Sarasehan Budaya & Pariwisata | Dok. Pribadi
Narasumber, Moderator, Panitia Dan Pendukung Sarasehan Budaya & Pariwisata | Dok. Pribadi

Interaktif dari peserta juga terlihat dalam sarasehan ini, seorang yang Bernama Iwan Prianto mengatakan bahwa wisata di Indonesia bukan hanya sekedar mengkemas Packaging yang menarik saja, tetapi juga harus dilihat dari cara pandang kita. Beliau menekankan bahwa “kita ini bangsa bangsa yang special jadi tidak ada alasan kita menjadi imperior”.

Posisi politik Indonesia sebagai negara Non Blok sangatlah membanggakan dan membuat respek negara-negara lain. Yang tentunya memberi dampak secara psikologis terhadap Indonesia sebagai destinasi wisata dunia. Beliau juga menekankan pentingnya merubah sikap imperiority menjadi superiority.

Peserta lain, dr.Irwan mempertanyakan bagaimana konkritnya penyesuaian yang harus kita lakukan untuk menarik minat turis mancanegara. Apakah penyesuaian yang kita lakukan justru akan merubah ciri khas atau bahkan menghilangkan karakter asli budaya setempat.

Iapun mempertanyakan strategi apa  yang akan dilakuan pemerintah untuk mengundang atau memancing turis mancanegara untuk berknjung ke Indonesia.

Beliau berpendapat bahwa Jaminan keamanan, kebersihan dan kemudahanan akses di seluruh tujuan destinasi wisata di Indonesia adalahkah kata kunci kita memarik minat wisatawan mancanegara.   

Sementara peserta saresehan lain, Adi Purnomo, mengajukan satu pertanyaan kunci kepada Narasumber Sarasehan, “Kapan Yogyakarta menjadi tujuan wisata dunia ?”

Narasumber Dr. Drs. H. Agus Rochiyardi, M.M. memberikan tanggapan terhadap pernyataan dan pertanyaan tiga peserta sarasehan dalam satu jawaban. Bahwa peran pemerintah adalah sebagai, Koordinator, regulator, fasilitator dan akselerator. Dalam bidang pariwisata merujuk pada UU no.10 tahun 2009. Sementara dalam ekonomi kreatif ada pada UU no.124 tahun 2019. Yang didalamnya termaktub dengan jelas tugas, peran, fungsi dan target pencapaian dan lain-lain, yang harus dilakukan dan dicapai sebagai tujuan.

Menanggapai beberapa kondisi negara kecil seperti Singapura yang memiliki kemajuan pariwisata jauh di atas Indonesia, menurutnya saat ini ada pergeseran konsep dari Resort base ekonomi menjadi knowladge base economi. Inilah yang harus kita sadari Bersama.

Menjawab pertanyaan, Kapan Yogyakarta menjadi tujuan wisata dunia, Beliau menegaskan bahwa kita harus memaksimalkan DNA Yogyakarta. Menurutnya semua keunikan, ke-khas-an, kondisi sosial budaya masyarakatnya dan semua hal yang menjadi ciri khas Yogyakarta harus terus dikembangkan dan ditawarkan kepada wisatawan dunia. Juga dengan memanfaatkan semua prasarana yang ada dari Jogya trade Center hingga fasilitas penerbangan Internasional di Yogyakarta.

Sementara prof. Wiendu menekankan bahwa kunci pergerakan kemajuan pariwisata di Yogya adalah Budaya dalam arti seluas-luasnya. Beliau mengingatkan bahwa kelemahan kita adalah pada spek implementasi, telling story dan kecerdasan kita dalam pemaknaan yang dapat kita ceritakan pada wisatawan dunia. Hal yang sama ditekankan oleh Dr.dr Ulla, “Keunikan agar terus kita gali agar muncul sesuatu yang unik untuk diceritakan kepada turis”.

Sementara MH Ainun Nadjib Kembali menekankan bahwa konsep turis dunia mau nya semua hal yang bersifat duniawi. Keindahan, harta benda, warna-warni, kekuasaan, kenyamanan dan sebagainya. Sementara bahan dasar pariwisata Indonesia kebanyakan bersifat rohaniah, ketuhanan, karenanya harus ada packaging khusus untuk merubahnya.

Beliau mengusulkan untuk diadakan penelitian khusus untuk memajukan wisata di Indonesia oleh pihak-pihak yang berkompeten agar bisa memberikan cara jitu memajukan pariwisata di Indonesia.

Dr. dr. Ulla Nuchrawaty Memberikan Keterangan Pada Media Pers Tentang Sarasehan Budaya & Pariwisata Di Yogyakarta | Dok. Pribadi
Dr. dr. Ulla Nuchrawaty Memberikan Keterangan Pada Media Pers Tentang Sarasehan Budaya & Pariwisata Di Yogyakarta | Dok. Pribadi

Sarasehan yang dimoderatori Dr.dr. Ulla Nuchrawaty M.M. dan menghadirkan Narasumber: Dr. Drs. H. Agus Rochiyardi, M.M. Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Otarita Borobudur; Prof. Ir. Wiendu Nuryati, M.Arch. Ph.D ; MH. Ainun Nadjib dan Keynote Speaker Gusti Kanjeng Ratu Hemas ini memang sangat menarik, mengangkat tema, “Geliat Masa Depan Kebudayaan Dan Kepariwisataan di Indonesia Pasca Pandemi”

Kiranya semua hasil yang dirumuskan dalam Sarasehan ini dapat memberi andil solusi bagi pergerakan dan kemajuan ekonomi di sektor budaya dan pariwisata di Indonesia. Yang pada gilirannya akan menarik semua gerbong ekonomi lain untuk memajukan bangsa Indonesia tercinta, semoga. In syaa Allah.

Jkt/Ksw/16082022/53

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun