Lain halnya dengan M.H. Ainun Nadjib, Budayawan dan tokoh nasional yang kiprahnya sebagai tokoh bangsa sudah diakui. Dalam sarasehan ini beliau memaparkan konsep ketauhidan yang dikaitkan dengan eksistensi benda-benda peninggalan sejarah budaya yang akrab dengan dunia pariwisata di Yogyakarta. Yaitu Borobudur dan Prambanan.
Mencoba mengajak peserta Sarasehan memahami konsep Brahmana-Kesatria dan Sudra dalam tata kehidupan masyarakat terkait dengan dunia pariwisata. Dan juga pola berfikir (mindset) turis mancanegara dan masyarakat Indonesia dalam konteks wisatawan yang berkunjung ke Indonesia, khususnya Yogyakarta.
Menurut Cak Nun, cara berfikir para turis mancanegara bisa dianalogikan sebagai cara perfikir kaum Sudra, yang lebih banyak memikirkankan hal keduniawian. Senang terhadap keindahan dunia, harta benda, kemegahan, kekuatan dan hal-hal lain yang bersifat duniawi.
Di dalam kehidupan masyarakat sudra, ada para Kesatria yang mengatur kaum sudra untuk dapat naik tingkat pemahamnnya pada tingkat ke-Brahmana-an. Dengan konsep hidup bersifat Ketuhanan, Kebijaksanaan hidup, sederhana dan kebersamaan.
Sementara itu banyak peninggalan sejarah budaya sebagai objek pariwisata di Indonesia, Yogyakarta khususnya bersifat ke-Brahmana-an, kerohanian. Yang secara kebudayaan juga mempengaruhi pola berfikir masyarakatnya.
Sehingga menurut Cak Nun, perbedaan yang mendasar Indonesia dengan 5 Negara yang menjadi negara tujuan wisata dunia adalah mereka berorientasi pada konsep Keduniaan, yaitu kosep Sudra yang dominasinya adalah kekuasaan, harta, benda, kekuatan, dominasi, yang melahirkan penindasan penjajah. Sementara bahan Pariwisata di Indonesia bersifat Rohani, berkonsep Brahmana. Sehingga bila kita ingin menarik wisatawan dunia barat, maka kita harus mengkemas pawisata kita dari konsep Brahmana ke Sudra.(Mindset). Perlu sedikit perubahan mineset untuk melayani turis mancanegara.
Cak Nun juga menekankan bahwa rakyat Indonesia sangat Tangguh (Super power), sangat mandiri dan tidak banyak tergantung pada pemerintah. Sehingga bisa lebih mudah menghadapi segala permasalahan hidup.
Lebih jauh lagi Cak Nun menekankan bahwa Budaya adalah proses pemaknaan. "Budaya adalah dinamika pemaknaan yang hidup dalam pikiran dan hati manusia. Semakin mendalam dan meningginya pemaknaan sesuatu, maka budaya itu semakin tinggi" Ujarnya.
Interaktif dari peserta juga terlihat dalam sarasehan ini, seorang yang Bernama Iwan Prianto mengatakan bahwa wisata di Indonesia bukan hanya sekedar mengkemas Packaging yang menarik saja, tetapi juga harus dilihat dari cara pandang kita. Beliau menekankan bahwa “kita ini bangsa bangsa yang special jadi tidak ada alasan kita menjadi imperior”.
Posisi politik Indonesia sebagai negara Non Blok sangatlah membanggakan dan membuat respek negara-negara lain. Yang tentunya memberi dampak secara psikologis terhadap Indonesia sebagai destinasi wisata dunia. Beliau juga menekankan pentingnya merubah sikap imperiority menjadi superiority.