Pukul 16.00 Sarasehan pun dimulai. Diawali dengan penampilan Tarian Gatotkaca (Gandrung) Pergiwa. Mengkisahnya jatuh cintanya Gatotkaca dengan Dewi Pergiwa yang cantik. Gatotkaca Putra Bimasena terkenal gagah perkasa, kuat, tegas dan keras dengan julukan “otot kawat balung besi”. Namun saat jatuh cinta pada Dewi Pergiwa memperlihatkan sisi kelembutan hati, sikap dan tingkah lakunya. Tarian yang berdurasi kurang dari 15 menit ini begitu memikat semua peserta Sarasehan, termasuk Para Narasumber yang menyaksikannya.
Gusti Kanjeng Ratu Hemas, sebagai Keynote Speaker menekankan pentingnya sebuah bangsa menjaga kebudayaannya. “Budaya itu adalah kekuatan sebuah bangsa. Kalau orang sudah meninggalkan budayanya berarti sudah meninggalkan bangsanya” demikian penegasan GKR Hemas.
Beliau juga mengapresiasi para pegiat wisata, seniman dan budayawan yang terus berupaya menarik wisatawan untuk berkunjung ke Yogyakarta. Dengan dukungan Dinas Pariwisata Propinsi D.I.Yogyakarta GKR Hemas berharap agar terus ada peningkatan kualitas pegiat wisata dan budaya di Yogyakarta.
GKR Hemas juga mengapresiasi pentas seni budaya, sarasehan dan kegiatan budaya yang terus dilakukan oleh manajemen Kawasan Wisata Budaya Mandira Baruga yang dipimpin oleh Dr.dr. Ulla Nurachwaty M.M. untuk memajukan kepariwisataan di Yogyakarta. Kehadiran Beliau dalam sarasehan ini selain sebagai Keynote Speaker juga di mohon dengan hormat oleh Ibu Ulla Nuchrawaty sebagai moderator untuk membuka acara sarasehan yang akan dipandunya. Kehadiran GKR Hemas mendapat apresiasi luar biasa dari semua peserta sarasehan. Kehadirannya memberi “marwah” tersendiri bagi semua pemerhati, pendukung, pelaku dan pegiat pariwisata di D.I. Yogyakarta yang hadir di Sarasehan ini.
Dr. Drs. H. Agus Rochiyardi, M.M. Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Otarita Borobudur, mewakili Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bapak Sandiaga S.Uno yang berhalangan hadir sebagai Narasumber, memulai uraiannya dengan sebuah pantun.
“Pergi ke Yogya membeli beskap. (yang dibalas peserta dengan seruan… Cakeep). Beskapnya bagus dijahit dari bahan pilihan. Jika ingin mencari destinasi wisata yang lengkap. Tentu kota Jogyakarta yang menjadi andalan”
Dalam uraiannya, Agus Rochiyardi menegaskan bahwa Indonesia pada tahun 2019 baru mengambil porsi 1,5 %, yaitu 16,5 juta wisatawan dari pasar wisata dunia yang ada, yaitu sebesar 1,5 miliar wisatawan. Francis, China, Amerika Serikat, Spanyol dan Italia adalah lima negara yang mengambil pasar wisatawan terbesar dunia. Dengan rata-rata kunjungan diatas 50 juta wisatawan per tahunnya. Francis misalnya, sudah mengambil porsi hingga 90 juta wisatawan per tahun. Sementara Spanyol mencapai 80 juta wisatawan per tahun.
Indonesia memiliki tempat wisata yang indah luar biasa tersebar dari Sabang hingga Maroke. Namun belum mampu mengangkat volume wisatawan dunia untuk hadir di Indonesia. Hambatan utama adalah aksesibilitas menuju tempat wisata di Indonesia. Sehingga Presiden Jokowi menekankan agar masalah ini segera dapat diatasi dan ditingkatkan.
Yogya sebagai tempat tujuan wisata banyak memiliki keunggulan dengan tempat wisata lain. Alamnya yang indah, Budaya yang luar biasa, Kota Pendidikan dan memiliki banyak conten creatif. Sudah banyak “happening” yang sekarang menjadi incaran wisatawan seluruh Indonesia yang tersedia di Jogyakarta. Kemudahan lain adalah akses menuju kota Jogya dari hampir seluruh kota di Jawa yang lebih mudah sejak dibukanya jalur Toll trans Jawa dan Yogyakarta Internasional Airport.
Uraian singat dan padat yang menjadi pemantik agar peserta Sarasehan “terangsang” untuk menanggapinya, seperti yang diungkapkan moderator Ulla Nuchrawaty.